KOMPAS.com - Virus corona yang telah menginfeksi 1,8 juta populasi dunia tidak hanya membawa dampak pada dunia kesehatan. Namun juga menyerang sendi-sendi perekonomian di banyak negara.
Kondisi itu bisa dilihat dari gulung tikarnya pabrik pakaian di China hingga tutupnya butik-butik kenamaan di sepanjang Fifth Avenue, New York. Virus corona juga telah berimbas pada penjualan perusahaan ritel pakaian mewah.
Statistik menunjukkan dampak virus corona yang mematikan tidak hanya bagi nyawa manusia, namun bagi bisnis dan industri, khususnya untuk ritel.
Baca juga: Wabah Virus Corona, Cerita Lumbung Solidaritas dari Banjarsari...
Melansir South China Morning Post (13/4/2020) usaha untuk mempertahankan bisnis dalam kondisi pandemi virus corona akan sangat berat. Menurut laporan yang dirilis oleh McKinsey bekerja sama dengan majalah Business of Fashion, industri fashion dunia akan mengalami penurunan penjualan sebesar 27-30 persen.
Sementara itu, penjualan barang-barang mewah dan branded akan mengalami penurunan lebih besar lagi di tahun 2020 ini, yakni berkisar 35-39 persen atau turun sekitar 650 miliar dollar AS dibanding tahun 2019.
"Sejauh ini virus corona telah membawa dampak yang sangat buruk," kata pakar mode Mario Ortelli.
Imbas penutupan toko
Angka penurunan ini merupakan imbas langsung dari penutupan butik dan toko-toko, sementara imbas dari terhambatnya jaringan distribusi dan dampak psikologis akibat virus corona yang dialami oleh konsumen belum diperhitungkan.
Dampak ini diperkirakan jauh lebih parah dibanding ketika dunia mengalami krisis finansial di tahun 2008 lalu.
Saat ini belum ada yang bisa memprediksi akan seperti apa keadaan dunia setelah pandemi virus corona berlalu. Namun, satu hal yang pasti adalah akan ada beberapa label fashion kenamaan yang menutup bisnisnya.
Beberapa label telah melaporkan kondisi penjualan yang mengalami penurunan, seperti Burberry, Prada dan Michael Kors. Label-label indie saat ini juga tengah kesulitan untuk mempertahankan bisnisnya.
"Beberapa label memiliki kemungkinan lebih besar dibanding yang lain untuk berhasil melewati krisis ini," kata Danielle Bailey, seorang analis dari L2 Gartner.
"Label-label besar dan kenamaan dengan segenap sumber daya mereka jelas memiliki peluang lebih besar untuk bertahan dari krisis ini," sebut Bailey.
Baca juga: 13 April 1997, Cerita Tiger Woods Menangi Turnamen Golf Masters Pertamanya
Sementara itu, Ortelli yakin bahwa label fashion yang telah memiliki nama besar seperti Hermes akan bertahan lebih baik dibanding label yang hanya mengandalkan mode fashion semata.
Hal ini disebabkan kenyataan bahwa konsumen akan lebih mungkin menginvestasikan uangnya pada produk yang sudah jelas kualitasnya.