Skenario ini telah terjadi pada beberapa pasien dengan gejala parah yang memiliki penanda inflamasi tinggi atau protein penanda tingkat peradangan yang tinggi dalam tubuh.
Jika itu yang terjadi maka disebut badai sitokin. Badai itu merusak organ di seluruh tubuh, termasuk jantung dan hati.
Tidak jelas mengapa beberapa orang memiliki respons yang lebih tinggi dibandingkan dengan lainnya, tetapi beberapa orang mungkin secara genetik rentan terhadapnya
Pada pasien yang memiliki riwayat penyakit jantung, berisiko terkena Covid-19 lebih parah daripada lainnya.
"Bisa dibayangkan, jika jantung mereka sudah kesulitan bekerja, mereka tidak memiliki kapasitas untuk menghadapi tantangan ini. Karena tidak memiliki cukup oksigen dan paru-paru mereka tidak berfungsi juga," kata Michos.
Baca juga: Segala Hal yang Perlu Diketahui tentang Vaksin Virus Corona
Kerusakan jantung bisa dideteksi menggunakan tes darah untuk protein yang disebut troponin.
Ketika sel-sel jantung terluka, mereka membocorkan troponin ke dalam aliran darah.
Jika virus menyerang jantung secara langsung, pasien mungkin memerlukan obat antivirus.
Jika bukan sistem kekebalan yang menyebabkan kerusakan jantung, pasien mungkin memerlukan obat imunosupresan.
Saat ini tidak ada pengobatan langsung yang menargetkan Covid-19.
Sebagian besar pengobatan saat ini melibatkan perawatan suportif seperti menyediakan lebih banyak oksigen.
Ada juga obat yang masih diperdebatkan para ahli jantung, yaitu angiotensin receptor blockers (ARBs) dan ACE inhibitor.
Selain itu ada obat hydroxychloroquine yang dinilai para pakar dapat menyebabkan kerusakan jantung.
Baca juga: FDA Keluarkan Izin Terbatas Penggunaan Klorokuin untuk Pengobatan Covid-19 di AS