KOMPAS.com - Beragam informasi beredar luas di tengah masyarakat terkait dengan virus corona. Mulai dari pencegahan dengan menggunakan empon-empon hingga soal pasien positif yang mengidap Covid-19.
Salah satu informasi yang santer beredar baru-baru ini yakni informasi yang menyebutkan banyak meminum air putih dapat mencegah tubuh dari infeksi Covid-19.
Disebutkan bahwa kita harus memastikan mulut dan tenggorokan kita selalu lembap, dan minum air setiap 15 menit.
Hal tersebut dimaksudkan untuk membantu tubuh menghilangkan virus ke kerongkongan, sehingga virus tersebut dapat mati oleh asam lambung kita.
Baca juga: Kasus Covid-19 Tembus 1 Juta, Berikut 5 Negara dengan Jumlah Kasus Corona Terbanyak
Dilansir dari BBC, seorang ahli epidemiologi klinis di London School of Hygiene dan Tropical Medicine, Kalpana Sabapathy mengungkapkan penjelasan tersebut tidak masuk akal.
"Ini sangat sederhana, saya bahkan tidak dapat menerimanya," ujar Sabapathy.
Menurutnya, infeksi virus corona dapat terjadi jika kita terpapar oleh ribuan atau jutaan partikel virus, jadi tindakan membersihkan kerongkongan menggunakan air dinilai tidak akan berdampak banyak.
"Kekurangan dari teori ini adalah kemungkinan Anda berhasil membuang keseluruhan virus itu ke perut Anda," ujar Sabapathy.
"Anda mungkin sudah mendapatkan virus tersebut di lubang hidung Anda saat itu, misalnya, itu bukan bukti yang sepele," lanjut dia.
Atas penjelasan tersebut, hal inilah yang menjadi letak kelemahan utama dalam gagasan itu.
Baca juga: Viral Pesan Kode R1, R1T, R1M, R1MT soal Tarif Diskon Listrik, Ini Penjelasan PLN
Sementara itu, jika virus belum berhasil menemukan jalannya di dalam sel-sel saluran penapasan Anda, virus tersebut dapat masuk melalui cara lain.
Adapun cara-cara itu antara lain, misalnya, dengan menyentuh mulut menggunakan jari-jari yang terkontaminasi virus, kemudian virus juga dapat masuk melalui hidung atau mata.
Namun, hal tersebut tidak dianggap sebagai rute utama transmisi.
Diketahui, cara penularan utama dari virus corona yakni dengan menghirup partikel kecil (droplet) pasien yang terinfeksi positif virus corona saat orang tersebut batuk atau bersin.
Cara lainnya bisa juga dengan virus corona yang masih terpapar di udara akibat pasien yang batuk atau bersin, kemudian terhirup oleh orang di dekatnya.
Tak hanya itu, ada alasan lain mengapa metode melembapkan kerongkongan dengan meminum air dimungkinkan tidak efektif.
Bagi sebagian orang, saat partikel Covid-19 masuk ke perut Anda, partikel tersebut akan segera mati.
Sebab, asam lambung memiliki pH berkisar di angka 1-2; kira-kira sekuat asam baterai yang mampu melarutkan baja.
Beberapa tahun lalu, para ilmuwan menemukan cara untuk menggunakannya sebagai sumber daya.
Tetapi, virus corona jenis baru atau SARS-CoV ini dimungkinkan jauh lebih kuat dari hal tersebut.
Baca juga: 5 Hal Sederhana yang Dapat Dilakukan untuk Cegah Penyebaran Virus Corona
Setelah wabah MERS-CoV muncul di Arab Saudi pada 2012 lalu, para peneliti menemukan bahwa patogen (yang juga kerabat dari virus corona SARS-CoV-2) sangat resisten terhadap asam yang agak encer.
Asam ini dapat diperoleh dari kondisi perut seseorang yang baru saja makan.
Para peneliti itu menemukan, tanda-tanda bahwa jika virus tersebut berhasil mengoloni usus pasien, maka virus dapat dengan mudah menguasai sel-sel dari usus.
Tim peneliti berspekulasi bahwa mungkin saja seseorang terinfeksi dengan cara seperti ini.
Meski begitu, belum jelas apakah hal ini dapat berlaku untuk virus SARS-CoV-2 atau tidak.
Sementara itu, tanda-tanda lain yang memunculkan seseorang mengidap Covid-19 yakni gejala mual dan diare.
Diketahui, seorang pasien mengalami gejala mual dan diare dan diindikasikan virus SARS-CoV-2 dapat menginfeksi saluran pencernaan.
Baca juga: Pertama Kalinya Lonjakan Pasien Virus Corona Tanpa Gejala Terjadi di China
Berdasarkan suatu laporan, lebih dari 50 persen pasien Covid-19 memiliki virus di feses mereka, di mana virus tersebut bertahan lama setelah dibersihkan dari paru-paru.
Intinya, belum ada penelitian mengenai apakah meminum air putih dapat mencegah infeksi Covid-19, sehingga teknik ini tidak didasarkan pada ilmu pengetahuan atau fakta.
Faktanya, satu-satunya penelitian yang mendekati dengan metode tersebut berasal dari tindakan 15 tahun yang lalu di mana berkumur dengan air dapat membantu mencegah infeksi pernapasan.
Tindakan ini populer bagi masyarakat Jepang.
Para peneliti mengungkapkan, selama periode 60 hari, peserta yang berkumur dengan air tiga kali sehari memiliki risiko lebih kecil kemungkinannya dari gejala penyakit pernapasan dibadingkan mereka yang berkumur dengan larutan antiseptik atau yang tidak melakukannya.
Tetapi penemuan ini belum tentu berlaku untuk Covid-19.
Baca juga: Jumlah Kasus Corona di AS Terbanyak di Dunia Melebihi China
Hal yang menjadi pertimbangan antara lain, penelitian ini berfokus pada infeksi saluran pernapasan bagian atas yang sebagian besar melibatkan sinus, tenggorokan, dan saluran udara.
Sementara, Covid-19 merupakan jenis virus yang menyerang saluran pernapasan bagian bawah yakni dada dan paru-paru.
Kemudian, penelitian ini dinilai berdasarkan gejala yang dilaporkan oleh para peserta bukan berdasarkan secara obyektif.
Dengan metode penelitian semacam ini dianggap kurang dapat diandalkan.
Oleh karena itu, sebaiknya masyarakat tidak menyebarkan pesan yang menganjurkan masyarakat minum air putih banyak untuk mencegah virus corona.
"Orang-orang akan berpikir bahwa dengan melakukan itu, mereka akan baik-baik saja. Ini mengalihkan mereka dari imbauan/pesan yang jauh lebih penting," ujar Sabapathy.
Tindakan yang benar dan efektif untuk mencegah infeksi virus yakni dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir dan menghindari kontak sosial.
Baca juga: Sudah Dapat Diakses, Berikut Cara Nikmati Listrik Gratis untuk Pengguna Token dan Reguler
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.