Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Langkah Tegas Eropa Atasi Corona Diklaim Selamatkan 59.000 Nyawa

Kompas.com - 03/04/2020, 15:16 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Intervensi tegas 11 negara Eropa dalam menangani wabah virus corona, seperti lockdown, karantina dan pembatasan kontak sosial, selamatkan sedikitnya 59.000 nyawa.

Selain itu, tanpa adanya tindakan tegas, wabah virus corona SARS-CoV-2 di 11 negara Eropa dapat menginfeksi lebih 43 juta orang.

Ungkapan tersebut didapatkan dari hasil riset Imperial College London yang belum lama ini dikeluarkan seperti dilansir DW.

Adapun para ilmuwan meliputi pakar epidemi dan ahli statistik dari Imperial College London.

Estimasi berbasis pada laporan kasus kematian pasien Covid-19 yang dilaporkan oleh European Centre of Disease Control (ECDC).

Datanya kemudian dimasukkan ke dalam model matematika, untuk melacak laju reproduksi dan penyebaran virus SARS-CoV-2.

Baca juga: Klaim Korea Utara Bebas Corona dan Keraguan untuk Mempercayainya...

Banyak negara terlambat bereaksi

Sebuah mural karya seniman Franco Rivolli Art, menggambarkan seorang perawat mengenakan masker dan memiliki sayap di belakangnya, berada di tembok gedung Rumah Sakit Papa Giovanni XXIII, di Bergamo, Lombardi, Italia, 16 Maret 2020. Pandemi Covid-19 yang disebabkan oleh virus corona menjadi insipirasi seniman grafiti untuk memberikan peringatan dan motivasi bagi warga dalam menghadapi virus tersebut.AFP/PIERO CRUCIATTI Sebuah mural karya seniman Franco Rivolli Art, menggambarkan seorang perawat mengenakan masker dan memiliki sayap di belakangnya, berada di tembok gedung Rumah Sakit Papa Giovanni XXIII, di Bergamo, Lombardi, Italia, 16 Maret 2020. Pandemi Covid-19 yang disebabkan oleh virus corona menjadi insipirasi seniman grafiti untuk memberikan peringatan dan motivasi bagi warga dalam menghadapi virus tersebut.

Kalkulasi dari saat mulai terinfeksi hingga kematian para pasien dengan model matematika itu menunjukkan hasil, antara 21.000 hingga 120.000 nyawa bisa terselamatkan setidaknya hingga Senin 31 Maret.

"Model matematika teranyar menunjukkan, intervensi diduga kuat memiliki impak yang signifikan," demikian klaim dalam hasil penelitian Imperial College, merujuk pada melambatnya laju kematian di Italia dikaitkan dengan intervensi.

Penelitian dilakukan para ilmuwan dari Imperial College di 11 negara Eropa yang melakukan intervensi tegas, yakni Italia, Austria, Belgia, Denmark, Prancis, Jerman, Norwegia, Spanyol, Swedia, Swis dan Inggris.

Banyak kematian bisa dihindarkan dengan memastikan bahwa intervensi pemerintah tetap dijalankan hingga penularan turun ke level rendah.

Penelitian tersebut juga merujuk pada langkah menutup sekolah, kantor dan pelarang acara yang melibatkan banyak orang.

Tapi juga diakui banyak negara lambat bereaksi dan baru melakukan intervensi belakangan, demikian yang dikatakan oleh Dr. Seth Flaxman yang mengetuai tim penulis laporan.

"Menimbang adanya rentang waktu antara mulai terinfeksi dan saat pasien meninggal, kemugkinan perlu waktu lebih lama, dari hitungan hari sampai minggu, untuk merefleksikan efek ini dalam angka kematian setiap hari," kata Flaxman.

Baca juga: Sudah Dapat Diakses, Berikut Cara Nikmati Listrik Gratis untuk Pengguna Token dan Reguler

Langkah tepat

Petugas medis di ruang isolasi virus corona di Rumah Sakit Umum Cut Meutia, Kabupaten Aceh Utara, Aceh, Minggu (22/3/2020)RSUCM Aceh Utara Petugas medis di ruang isolasi virus corona di Rumah Sakit Umum Cut Meutia, Kabupaten Aceh Utara, Aceh, Minggu (22/3/2020)

Langkah pemerintah di 11 negara Eropa itu dipuji Dr. Samir Bhatt, salah satu tim penulis hasil riset.

Menurutnya, pemerintah telah mengambil langkah signifikan untuk menjamin bahwa sistem kesehatan tidak kewalahan.

"Kami meyakini banyak nyawa diselamatkan. Tapi juga terlalu dini untuk mengatakan, apakah kita sudah berhasil mengendalikan sepenuhnya epidemi ini," ujar dosen senior di School of Public Health Imperial College London itu.

Namun, Bhatt berpendapat bahwa keputusan yang lebih sulit masih perlu diambil pada pekan-pekan mendatang.

Dosen senior sekolah kedokteran itu menjabarkan, kebijakan yang sudah diambil kelihatannya membuahkan hasil dan membuat kurva penularan mendatar.

Italia disusul Spanyol sejauh ini menjadi negara di Eropa yang populasinya paling banyak terinfeksi Covid-19. Sementara Norwegia dan Jerman menjadi yang paling rendah kasus infeksinya.

Walau begitu para peneliti memperingatkan, bahwa angka itu kemungkinan merupakan stadium relatif dari pandemi.

Baca juga: Update Virus Corona: 5 Provinsi di Indonesia dengan Jumlah Pasien Sembuh Terbanyak

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Profil Sadiq Khan, Anak Imigran Pakistan yang Sukses Jadi Wali Kota London Tiga Periode

Profil Sadiq Khan, Anak Imigran Pakistan yang Sukses Jadi Wali Kota London Tiga Periode

Tren
Bukan Cuma Olahraga, Lakukan 3 Gerakan Ini untuk Jaga Kesehatan

Bukan Cuma Olahraga, Lakukan 3 Gerakan Ini untuk Jaga Kesehatan

Tren
Apa yang Akan Terjadi pada Tubuh Saat Minum Kopi Sebelum Makan?

Apa yang Akan Terjadi pada Tubuh Saat Minum Kopi Sebelum Makan?

Tren
Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 7-8 Mei 2024

Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 7-8 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN]  Ikan Tinggi Albumin, Cegah Sakit Ginjal dan Hati | Pemain Malaysia Disiram Air Keras

[POPULER TREN] Ikan Tinggi Albumin, Cegah Sakit Ginjal dan Hati | Pemain Malaysia Disiram Air Keras

Tren
PBB Kecam Israel Buntut Pemberedelan Al Jazeera, Ancam Kebebasan Pers

PBB Kecam Israel Buntut Pemberedelan Al Jazeera, Ancam Kebebasan Pers

Tren
Waspada, Modus Penipuan Keberangkatan Haji dengan Visa Non-Haji

Waspada, Modus Penipuan Keberangkatan Haji dengan Visa Non-Haji

Tren
Cara Menyewa Kereta Api Luar Biasa untuk Perjalanan Wisata

Cara Menyewa Kereta Api Luar Biasa untuk Perjalanan Wisata

Tren
Kemendagri Pastikan PNS di Lubuklinggau yang Tiba-tiba Jadi WN Malaysia Sudah Kembali Jadi WNI

Kemendagri Pastikan PNS di Lubuklinggau yang Tiba-tiba Jadi WN Malaysia Sudah Kembali Jadi WNI

Tren
Ramai soal Milky Way di Langit Indonesia, Simak Waktu Terbaik untuk Menyaksikannya

Ramai soal Milky Way di Langit Indonesia, Simak Waktu Terbaik untuk Menyaksikannya

Tren
Seorang Suami di Cianjur Tak Tahu Istrinya Laki-laki, Begini Awal Mula Perkenalan Keduanya

Seorang Suami di Cianjur Tak Tahu Istrinya Laki-laki, Begini Awal Mula Perkenalan Keduanya

Tren
Cara Menghapus Semua Postingan Facebook, Mudah Bisa lewat HP

Cara Menghapus Semua Postingan Facebook, Mudah Bisa lewat HP

Tren
Dampak Pemasangan Eskalator di Stasiun Pasar Senen, 21 Kereta Berhenti di Jatinegara hingga 30 November 2024

Dampak Pemasangan Eskalator di Stasiun Pasar Senen, 21 Kereta Berhenti di Jatinegara hingga 30 November 2024

Tren
Mengenal Mepamit dan Dharma Suaka, Upacara Jelang Pernikahan yang Dilakukan Rizky Febian-Mahalini

Mengenal Mepamit dan Dharma Suaka, Upacara Jelang Pernikahan yang Dilakukan Rizky Febian-Mahalini

Tren
Apa Perbedaan antara CPU dan GPU Komputer? Berikut Penjelasannya

Apa Perbedaan antara CPU dan GPU Komputer? Berikut Penjelasannya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com