Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral Twit Ingatkan Hati-hati Beli Hand Sanitizer Setelah Banyak Pesanan Label Tanpa Tahu Komposisi

Kompas.com - 03/04/2020, 08:13 WIB
Nur Rohmi Aida,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

Penggunaan alkohol juga harus menggunakan poduk yang memiliki sifat food grade.

“Jangan yang alkohol teknis,” ujar Joddy.

Menurut dia, alkohol teknis masih berupa campuran metanol, etanol, dan bahan kimia lainnya.

Joddy menjelaskan, metanol memiliki efek beracun terhadap tubuh manusia, apalagi apalagi sampai terhirup atau tertelan.

Dalam dosis konsentrasi tinggi, metanol akan mengakibatkan tubuh keracunan hingga berakibat fatal bahkan kematian.

Baca juga: Kylie Jenner Bikin Hand Sanitizer untuk Bantu Tenaga Kesehatan

Joddy mengatakan, ada dua tipe alkohol di pasaran yaitu alkohol sintetis dan alkohol yang dibuat secara enzimatis atau yang biasa disebut dengan bioetanol.

Alkohol sintetis dibuat dari reaksi menggunakan bahan dasar petroleum, dan merupakan campuran metanol, aseton, dan sebagainya.

“Bahan ikutannya itulah yang berbahaya untuk tubuh selain penggunaan alkohol yang melebihi takaran” kata dia.

Sementara, alkohol yang dibuat secara enzimatis atau bioetanol bisa dikategorikan sebagai alkohol food grade.

Menurut Joddy, Farmakopeae Indonesia menyebutkan, alkohol jenis isopropil alkohol merupakan bahan alkohol food grade yang disarankan.

Oleh karena itu, ia menyarankan masyarakat untuk memperhatikan komposisi hand sanitizer yang dibelinya.

“Tips nya adalah dengan melihat komposisi dari hand sanitizer. Isinya adalah sesuai dengan anjuran WHO yakni gel pengental, alkohol 70 persen, dan pewangi (jika ada) sesuai dengan komposisinya. Tentunya bahan natural akan lebih baik,” kata Joddy.

Baca juga: Cegah Corona, Cuci Tangan dengan Sabun Lebih Baik dari Hand Sanitizer

Ia juga mengingatkan, hand sanitizer  juga mengandung hidrogen peroksida sehingga harus diperhatikan kadarnya.

Hidrogen peroksida atau yang memiliki nama ilmiah H2O2 yang umumnya digunakan adalah H2O2 encer.

"H2O2 encer memang biasa juga digunakan untuk antiseptik pembasuh luka dalam kegunaannya dalam medis. Namun perlu dipastikan bahwa konsentrasi yang digunakan adalah 3-9 persen," jelas Joddy

Alasannya, H2O2 yang konsentrasinya lebih dari itu dan tidak digunakan sesuai takaran akan membahayakan, seperti:

  • Jika produk dengan kadar hidrogen peroksida tinggi tertelan, maka dapat menyebabkan iritasi atau tukak lambung yang disertai gejala mual, muntah, atau bahkan muntah darah (hematemesis).
  • Hindari menggunakan obat dengan kandungan hidrogen peroksida untuk mengobati luka dalam atau luka bakar serius, karena dapat menyebabkan luka bakar semakin meluas.
  • Jika terkena mata, maka dapat menyebabkan iritasi dan pembengkakan pada mata. Jika konsentrasinya tinggi, cairan hidrogen peroksida bahkan bisa menyebabkan kerusakan mata permanen. Segera bilas dengan air bersih selama 15-30 menit bila hidrogen peroksida tidak sengaja mengenai mata.
  • Hidrogen peroksida yang terhirup terlalu banyak dapat menyebabkan iritasi saluran pernapasan, batuk, sesak napas, hingga pembengkakan paru-paru.
  • Keracunan hidrogen peroksida dapat menimbulkan beberapa gejala, seperti pusing, mual, sesak napas, sakit perut, dan luka di saluran cerna.

Baca juga: Sejarah Hand Sanitizer hingga Direkomendasikan WHO dan CDC

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Cara Membuat Hand Sanitizer Versi WHO

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

5 Bahaya Menahan Kentut, Bisa Keluar dari Mulut

5 Bahaya Menahan Kentut, Bisa Keluar dari Mulut

Tren
Mengenal Tinitus, Kondisi Ketika Telinga Berdenging, Apa Penyebabnya?

Mengenal Tinitus, Kondisi Ketika Telinga Berdenging, Apa Penyebabnya?

Tren
Psikiater Nutrisi Ungkap 5 Sarapan Favorit, Bantu Siapkan Otak dan Mental Seharian

Psikiater Nutrisi Ungkap 5 Sarapan Favorit, Bantu Siapkan Otak dan Mental Seharian

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 20-21 April 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 20-21 April 2024

Tren
[POPULER TREN] Manfaat Air Kelapa Murni Tanpa Gula | Israel Serang Iran

[POPULER TREN] Manfaat Air Kelapa Murni Tanpa Gula | Israel Serang Iran

Tren
Seorang Pria Ditangkap di Konsulat Iran di Perancis, Ancam Ledakkan Diri

Seorang Pria Ditangkap di Konsulat Iran di Perancis, Ancam Ledakkan Diri

Tren
Syarat dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 66, Bisa Dapat Insentif Rp 600.000

Syarat dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 66, Bisa Dapat Insentif Rp 600.000

Tren
Mengenal Mitos Atlantis, Kota dengan Peradaban Maju yang Hilang di Dasar Laut

Mengenal Mitos Atlantis, Kota dengan Peradaban Maju yang Hilang di Dasar Laut

Tren
Mengenal Hak Veto dan Sederet Konversinya, Terbaru Gagalkan Palestina Jadi Anggota PBB

Mengenal Hak Veto dan Sederet Konversinya, Terbaru Gagalkan Palestina Jadi Anggota PBB

Tren
Gunung Ruang Semburkan Gas SO2, Apa Dampaknya bagi Manusia, Tanaman, dan Hewan?

Gunung Ruang Semburkan Gas SO2, Apa Dampaknya bagi Manusia, Tanaman, dan Hewan?

Tren
Kim Jong Un Rilis Lagu, Lirik Sarat Pujian untuk Pemimpin Korea Utara

Kim Jong Un Rilis Lagu, Lirik Sarat Pujian untuk Pemimpin Korea Utara

Tren
Manfaat Mengonsumsi Kubis untuk Menurunkan Tekanan Darah

Manfaat Mengonsumsi Kubis untuk Menurunkan Tekanan Darah

Tren
Gunung Semeru 2 Kali Erupsi, PVMBG: Masih Berstatus Siaga

Gunung Semeru 2 Kali Erupsi, PVMBG: Masih Berstatus Siaga

Tren
Israel Serang Iran, AS Klaim Sudah Dapat Laporan tapi Tak Beri Lampu Hijau

Israel Serang Iran, AS Klaim Sudah Dapat Laporan tapi Tak Beri Lampu Hijau

Tren
Ada Indomaret di Dalam Kereta Cepat Whoosh, Jual Kopi, Nasi Goreng, dan Obat Maag

Ada Indomaret di Dalam Kereta Cepat Whoosh, Jual Kopi, Nasi Goreng, dan Obat Maag

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com