Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tekan Penyebaran Corona, Seberapa Efektif Physical Distancing dan Harus Sampai Kapan?

Kompas.com - 01/04/2020, 14:30 WIB
Vina Fadhrotul Mukaromah,
Virdita Rizki Ratriani

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Anjuran social distancing atau yang kini disebut sebagai physical distancing untuk menekan penyebaran virus corona membawa kembali ingatan ke sebuah pandemi besar dalam sejarah manusia, yaitu Flu Spanyol.

Saat wabah Flu Spanyol terjadi, kota-kota di AS tetap melakukan parade yang telah direncanakan sebelumnya. Satu bulan setelahnya, lebih dari 10.000 orang di Philadelphia, salah satu wilayah yang tetap mengadakan parade, meninggal dunia karena wabah ini 

Kejadian tersebut menyadarkan pentingnya physical distancing dilakukan selama pandemik. 

Satu analisis intervensi yang dilakukan di beberapa kota di sekitar AS selama pandemik tahun 2018 menunjukkan bahwa wilayah-wilayah yang melarang pertemuan publik, menutup bioskop, sekolah, dan gereja memiliki tingkat kematian yang lebih rendah.

100 tahun setelahnya, dunia kembali menghadapi pandemi yang berbeda, yaitu virus corona jenis baru yang menyebabkan penyakit Covid-19

Baca juga: Begini Cara Karaoke-an Online dengan Teman Lewat Watch2Gether

"Saat ini, kita tidak tahu vaksin yang aman dan efektif. Kita juga tidak tahu apakah obat yang aman dan efektif akan bekerja menghilangkan infeksi Covid-19 ketika sudah terpapar. Oleh karena itu, hal terbaik yang dapat kita lakukan adalah tindakan pencegahan," kata Profesor Epidemiologi dan Kesehatan Lingkungan di University of Canterbury New Zealand Arindam Basu sebagaimana dikutip BBC.

Saat ini, berbagai negara di dunia telah melakukan langkah-langkah sebagai upaya menegakkan jarak fisik ini untuk memperlambat penyebaran Covid-19.

Adapun upaya-upaya tersebut di antaranya adalah menghentikan pertemuan publik, menutup ruang-ruang publik, hingga, menutup sekolah, hingga memberlakukan penutupan total wilayah.

Isolasi diri merupakan bentuk dari social distancing, tetapi ada perbedaan penting dari keduanya. Isolasi diri dan karantina bertujuan untuk mencegah orang yang terinfeksi atau orang yang pernah melakukan kontak dengan mereka yang terinfeksi, untuk menularkan virus.

Sementara, social distancing atau physical distancing merupakan langkah yang lebih luas untuk menghentikan perkumpulan orang yang memungkinkan terjadinya penyebaran infeksi.

Baca juga: Apa yang Terjadi Dengan Kapal Pesiar di Tengah Pandemi Virus Corona?

Sampai kapan?

Melansir BBC, kemungkinan upaya ini tetap harus dilakukan dalam beberapa waktu ke depan. Sebuah penelitian pemodelan komputer dari Harvard University memperingatkan perlunya langkah social distancing tetap dilakukan hingga tahun 2022 di AS.

Langkah ini disebut tetap harus dijaga terlepas adanya intervensi seperti vaksin, pengobatan, ataupun langkah karantina yang agresif.

Sebab, ketika sebuah periode social distancing mampu menunda puncak wabah hingga tahun ini, masih ada kemungkinan adanya gelombang baru menjelang akhir tahun jika virus dipengaruhi variasi musim.

Baca juga: Pengungsi Banjir Citarum Bakal Jalani Rapid Test

Perlunya social distancing

Namun, ada alasan yang sangat baik tentang mengapa menjaga jarak menjadi strategi penting dalam mengontrol pandemi Covid-19. 

Setiap orang yang terinfeksi virus ini diduga rata-rata menularkan kepada 2-3 orang lainnya dalam tahap awal wabah. Periode inkubasi, yaitu waktu antara infeksi dan gejala diperkirakan adalah sekitar 5 hingga 14 hari. 

Jika seseorang terinfeksi dan tetap bersosialisasi seperti biasa, kemungkinan orang tersebut akan menurlarkan ke dua hingga tiga temannya yang kemudian akan menularkan kepada dua hingga tiga orang lainnya. 

Baca juga: Jaga Daya Tahan Tubuh, Cukupkah Hanya Konsumsi Vitamin C Setiap Hari?

Sudah ada beberapa bukti yang menjelaskan bahwa tinggal di rumah dan menjaga jarak aman dengan orang lain dapat memperlambat penyebaran dan menghentikan efek domino ini. 

Para ilmuwan telah menemukan adanya dua metode potensial untuk mengatasi pandemi ini dengan simulasi populasi di AS dan Inggris. 

Pertama, mitigasi, difokuskan hanya pada isolasi mereka yang paling rentan dan mengarantina mereka yang menunjukkan gejala.

Kedua, penekanan, menyertakan semua orang di dalam populasi untuk menerapkan jarak fisik ini. Sementara, mereka yang menunjukkan gejala dan orang-orang di dalam rumah yang sama mengarantina diri sendiri di dalam rumah.

Baca juga: Cerita Pengantin di NTB Batalkan Tradisi Nyongkolan, Tetap Patuh meski Resepsi Jadi Sepi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com