KOMPAS.com - Negara-negara di dunia berlomba untuk menemukan vaksin dari virus corona. Amerika Serikat mulai melakukan percobaan klinis dan China juga tengah melakukan upaya yang tidak jauh berbeda.
Pada Selasa (17/3/2020), pembuat vaksin CanSino Biologics di Tianjin, timur laut China, mengatakan bahwa pihaknya tengah mencari relawan untuk percobaan klinis selama enam bulan dalam pengobatan yang telah dikembangkan bersama Academy of Military Medial Sciences.
"Vaksin tidak mengandung zat-zat infeksius, sangat aman, dan stabil, serta hanya membutuhkan satu inokulasi," kata Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Hubei (CDC) sebagaimana dikutip South China Morning Post (SCMP).
Vaksin tersebut menggunakan teknologi messenger ribonucleic acid (mRNA) yang menyalin kode genetik virus dan bukan virus sebenarnya.
Hingga saat ini, belum ada vaksin mRNA yang dicoba pada manusia.
Calon vaksin mRNA China, yang dikembangkan bersama dengan CDC China, Tongji University, dan Stermina di Shanghai, tengah menjalani uji coba pada hewan dan diperkirakan akan memasuki frase klinis pada pertengahan April mendatang.
Baca juga: Update Virus Corona 18 Maret: 198.602 Kasus, 82.779 Dinyatakan Sembuh
Vaksin yang dikembangkan oleh CanSino dan Academy of Military Medical Sciences ini adalah yang terdepan dari 9 vaksin yang tengah dikembangkan oleh China.
Semuanya sedang dalam proses penyelesaian studi uji praklinis dan akan memasuki uji klinis pada bulan April.
Beberapa diharapkan dapat berkembang dengan cepat daripada vaksin yang lain.
"Penelitian dan pengembangan vaksin oleh China akan virus corona secara umum yang paling maju di dunia," kata seorang ahli dan akademisi di Chinese Academy of Sciences, Wang Junzhi.
Menurut Wang, perkembangan vaksin China tidak akan lebih lambat daripada negara-negara lain.
Harapan pun muncul dengan upaya pengembangan vaksin ini, terutama bagi kelompok rentan seperti orang tua dalam menghadapi epidemi yang belum ditemukan obatnya ini.
Baca juga: Ayu Dewi Ajarkan Anak Setrika Baju Dampak Sekolah Diliburkan karena Corona
Pengumuman China tengah mengembangkan 9 vaksin disampaikan satu hari setelah AS mengumumkan uji coba vaksin virus corona.
Peserta pertama memulai fase uji coba untuk vaksin eksperimental yang didanai oleh US National Instituts of Health dan dikembangkan oleh startup bioteknologi, Moderna.
Para ilmuwan di dunia tengah melakukan berbagai eksperimen. AS dikabarkan telah mencoba membeli pengembang vaksin Jerman agar dapat memberikan pasokan hanya untuk negaranya.
Sementara, pemerintah Jerman dikabarkan menawarkan insentif keuanganannya sendiri untuk perusahaan biofarmasi CureVac, agar tetap berada di negara tersebut.
Baca juga: Hadapi Dampak Corona, Pengusaha Minta Tambahan Stimulus
"Vaksin adalah sarana medis paling efektif untuk pencegahan dan pengendalian epidemi karena secara efektif dapat menghentikan penyebaran virus," kata Direktur Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Kementerian Pendidikan China, Lei Chaozi.
Menurut Chaozi, vaksin juga memainkan peran penting dalam menstabilkan ekonomi dan memungkinkan negara kembali normal saat pekerjaan dan produksi berlanjut.
Presiden Xi Jinping juga telah meminta pengembangan vaksin virus corona dan obat-obatan untuk dipercepat.
Sekitar 1.000 ilmuwan China telah berupaya, dengan 9 vaksin yang dikembangkan melalui 5 pendekatan berbeda, termasuk vaksin tidak aktif, vaksin berbasis vektor virus, dan vaksin gen.
Namun, vaksin tersebut harus memenuhi peraturan dan standar teknis atau persyaratan dari WHO, sebelum memulai uji klinis.
Baca juga: Petugas BPBD Pingsan Saat Apel, Kelelahan Berjaga dan Semprot Disinfektan Cegah Corona
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.