KOMPAS.com - Kasus penularan virus corona yang menyebabkan Covid-19 masih terus berlanjut di berbagai belahan dunia.
Bahkan, hampir semua negara kini masih berjuang untuk menekan angka persebaran virus yang pertama dideteksi di Wuhan, China akhir Desember 2019 itu.
Beberapa ahli berpendapat, wabah virus ini belum mencapai puncaknya di sejumlah negara, kecuali China yang mengklaim sudah berhasil menurunkan angka infeksi.
China dinilai dapat menekan laju penyebaran virus karena sebelumnya kasus infeksi bisa mencapai ribuan dalam sehari, kini kasus positif corona dilaporkan hanya tinggal hitungan puluhan saja.
Pola penyebaran virus corona
Menggunakan perhitungan matematis, para ahli kesehatan masyarakat merumuskan kurva penularan virus corona baru dapat ditekan sedemikian rupa dengan menerapkan prinsip social distancing atau jarak sosial.
Prinsip ini pada dasarnya meyakini persebaran terjadi akibat banyaknya pergerakan orang-orang dari satu tempat ke tempat lain, baik untuk kepentingan pekerjaan, atau yang lainnya.
Dalam setiap pergerakan, seseorang akan menjumpai banyak orang lainnya juga mengunjungi tempat-tempat atau juga menyentuh benda-benda yang ternyata mengandung virius.
Di dalam kondisi seperti itu maka potensi penularan virus corona penyebab Covid-19 sangat tinggi.
Baca juga: FKUI Bikin 420 Liter Hand Sanitizer untuk Dibagikan ke RS dan Sekolah
Maka dari itu, dengan adanya limitasi area atau pembatasan pergerakan, dapat meminimalisasi risiko persebaran virus dari satu orang ke orang lainnya.
Dikutip dari Washington Post, digambarkan dalam sebuah populasi kecil, misalnya hanya beranggotakan 5 orang saja, tidak dibutuhkan waktu yang lama bagi para anggota populasi untuk mendapatkan virus dari salah satu yang terinfeksi.
Tentu, infeksi ini dapat disembuhkan dalam kehidupaan nyata dan mereka yang telah dinyatakan sembuh kecil kemungkinan menularkan virus pada orang sehat.
Namun, bukan berarti dia sudah kebal terhadap virus, karena saat ia kembali menjalin kontak fisik dengan orang yang terinfeksi, ia bisa kembali terinfeksi.
Lalu, digambarkan dalam sebuah populasi yang lebih besar, yakni dengan anggota mencapai 200 orang, dengan salah satu orang di antaranya adalah orang yang sakit.
Jumlah mereka yang sakit angkanya bisa meningkat dengan cepat. Karena ratusan orang itu tidak pernah mengetahui apakah orang dan benda-benda yang seharian mereka sentuh mengandung virus atau tidak.
Baca juga: Begitu Mudah Menyebar, Ini yang Dilakukan Virus Corona pada Tubuh Pasien