KOMPAS.com - Sebuah studi baru menemukan bahwa virus corona dapat bertahan di beberapa permukaan, termasuk plastik, stainless steel hingga tiga hari.
Laporan yang diterbitkan oleh para ilmuwan pemerintah AS pada Rabu (11/3/2020) juga menunjukkan bahwa virus corona dapat bertahan hidup di udara selama beberapa jam.
Namun, temuan itu tidak membuktikan siapa pun yang tertular virus dengan cara ini.
"Kami sama sekali tidak mengatakan ada penularan virus secara aerolis," kata Dr Neeltje van Doremalen di National Institute of Allergy and Infectious Diseases, dilansir dari AP News (11/3/2020).
Baca juga: 4 Hari Dikira Pneumonia, Seorang Pengacara di New York Positif Virus Corona
Para peneliti menemukan virus corona tetap bertahan untuk jangka waktu lama di berbagai permukaan dan udara.
Hal itu diketahui setelah peneliti menggunakan peralatan untuk menyemprotkan sampel virus secara halus ke udara dan meniru apa yang bisa terjadi, yaitu orang yang terinfeksi menyebarkan virus melalui udara.
Virus tersebut dapat dideteksi dalam aerosol hingga tiga jam usai pasca-aerosolisasi.
Covid-19 juga terbukti dapat bertahan empat jam pada tembaga hingga 24 jam pada karton, dua hingga tiga hari pada plastik dan stainless steel.
Baca juga: Update Virus Corona di Belahan Dunia: 131.627 Kasus, 4.940 Meninggal, 68.529 Sembuh
Dalam hasil studi itu dikatakan bahwa virus paling stabil pada plastik dan stainless steel yang terdeteksi pada permukaan keduanya hingga 72 jam.
Masih menurut penelitian, stabilitas virus di udara dan permukaan dapat secara langsung mempengaruhi penularan virus.
Sebab, partikel virus perlu bertahan cukup lama setelah dikeluarkan dari satu orang dan ditransmisikan ke orang lain.
"Ini adalah pekerjaan yang menjawab pertanyaan orang," kata profesor mikrobiologi di Universitas Georgetown Julie Fischer.
Menurutnya, hal yang seharusnya dilakukan yakni dengan mencuci tangan dan menyadari bahwa orang yang terinfeksi mungkin mencemari permukaan.
Ia mengatakan bahwa para ilmuwan masih meneliti cara terbaik untuk membunuh virus corona.
Dalam penelitian itu, para peneliti menyimpulkan bahwa transmisi aerosol masuk akal karena virus dapat tetap hidup di aerosol selama beberapa jam dan permukaan hingga beberapa hari.
Tes dilakukan oleh para ilmuwan dari Princeton University dan University of California yang didanai oleh Pemerintah AS dan National Science Foundation.
Hingga saat ini, para ilmuwan di seluruh dunia masih berlomba-lomba untuk menemukan obat, vaksin, dan metode penyebaran virus corona.
Baca juga: Iran Klaim Temukan Obat Virus Corona, Mampu Turunkan Gejala dalam 48 Jam
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.