2. Masalah pernapasan
Kajian yang dilakukan terhadap pasien di China menunjukkan, pasien yang sakit parah mengalami gejala seperti sesak napas dan kadar oksigen rendah dalam darah.
Sinar-X dada dan CT scan paru-paru menunjukkan sebagian besar organ tertutup cairan.
Beberapa dari pasien yang mengalami kondisi parah memerlukan lebih dari 30 napas per menit, jauh di atas angka normal yaitu 12-20 per menit.
"Meskipun setiap napas tidak berfungsi sebagaimana mestinya, jika Anda mengambil napas yang cukup, Anda bisa menebusnya dan masih bernapas sendiri," ujar Yang.
Baca juga: WHO Peringatkan tentang Transmisi Lokal Virus Corona, Yunani Tutup Sekolah
Paru-paru bukanlah satu-satunya yang diserang virus corona.
Virus corona juga mempunyai kemampuan untuk mengunci, membajak, dan menghancurkan sel-sel ginjal.
Ginjal berperan penting dalam pembuangan limbah dari darah.
Saat ginjal gagal menjalankan fungsinya, tingkat limbah beracun dapat menumpuk di dalam tubuh.
Pasien dianggap sakit kritis jika tidak dapat bernapas sendiri.
Jika ini terjadi, pasien dilengkapi dengan masker khusus yang memberikan konsentrasi oksigen murni sangat tinggi ke dalam mulut atau dapat memakai ventilator.
Ventilator menempatkan tabung ke tenggorokan sehingga mesin dapat mendorong oksigen langsung ke paru-paru.
Meskipun ada pengobatan, pertempuran antara virus dan sistem kekebalan tubuh dapat memperparah kerusakan di seluruh tubuh.
"Tidak lagi hanya terbatas pada paru-paru. Ada peradangan yang ada di seluruh tubuh," papar Yang.
Hal ini menimbulkan reaksi berantai yang dapat menghancurkan organ-organ lain dan menyebabkan tekanan darah turun ke tingkat yang sangat berbahaya.
Syok septik merupakan respons seluruh tubuh, di mana sistem kekebalan berusaha menyerang virus di mana-mana.
Tapi, peradangan yang disebabkan oleh sistem kekebalan merusak sel-sel manusia di seluruh tubuh.
"Ini merupakan proses yang dapat dipicu oleh infeksi parah," ujar Yang.
Baca juga: [POPULER TREN] Kisah Pasien Sembuh Corona | Hasil SKD CPNS Diumumkan 22-23 Maret