Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wabah Meluas, Mengapa Virus Corona Covid-19 Belum Disebut Pandemi? Ini Kata WHO

Kompas.com - 25/02/2020, 16:02 WIB
Vina Fadhrotul Mukaromah,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badan Kesehatan Dunia (WHO) belum menyebut virus corona Covid-19 sebagai pandemi, meskipun kekhawatiran terhadap virus ini terus meningkat.

Pasalnya, terjadi lonjakan yang cukup besar untuk wabah ini di luar China, seperti di Italia, Iran, dan Korea Selatan.

"Penggunaan kata pandemi saat ini tidak sesuai dengan faktanya. Tetapi justru dapat menimbulkan ketakutan," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, dalam sebuah pengarahan seperti dikutip dari The Guardian, Selasa (25/2/2020).

Menurut Tedros, wabah Covid-19 belum sampai ke kriteria untuk disebut sebagai pandemi. 

"Yang kami lihat adalah epidemi di bagian-bagian yang berbeda di dunia, memiliki dampak berbeda dalam cara yang berbeda pula," tambah dia.

Mengutip CNN, ia mengungkapkan, penggunaan kata pandemi pada sebuah wabah didasarkan atas penilaian sebaran geografis virus, keparahan, dan dampak terhadap masyarakat.

Untuk saat ini, WHO belum melihat adanya kondisi tersebut pada Covid-19.

Meski demikian, ia menyebut adanya kemungkinan menyebut virus ini sebagai pandemi dalam waktu dekat apabila seluruh kriteria pandemi terjadi.

Baca juga: Update Situasi Terkini Wabah Virus Corona di 9 Negara Timur Tengah

Tentang pandemi

Kata "pandemi" digunakan untuk menggambarkan sebuah penyakit serius yang menyebar dengan tidak terkontrol di dunia. 

"Kami telah melihat adanya epidemi di China. Dan baru-baru ini, wabah besar terjadi di Korea Selatan, Iran, dan Italia. Jika wabah tersebut tidak dapat dikontrol, Covid-19 dapat disebut sebagai pandemi," kata Profesor Epidemi Penyakit Menular dari University of Edinburgh, Mark Woolhouse. 

Menurut Mark, implikasi dari kondisi terkini adalah banyaknya negara berbeda di dunia yang mungkin menjadi sumber infeksi Covid-19. 

"Ini membuat jauh lebih sulit bagi satu negara untuk mendeteksi dan mengendalikan kasus-kasus 'impor' di sebuah negara," tambah dia.

Namun, WHO menyebut China telah mampu mengendalikan wabah ini di negaranya.

Tim internasional yang dikirim oleh WHO, mengatakan, virus telah mencapai puncaknya antara 23 Januari dan 2 Februari 2020.

Tedros menambahkan, peningkatan yang mendadak dalam kasus-kasus baru tentu sangat memprihatinkan dan menjadi dorongan kepada seluruh negara untuk mempersiapkan diri jika pandemi benar-benar terjadi. 

"Kasus-kasus baru di luar China semakin memperkuat dorongan bagi seluruh negara untuk memastikan kesiapan mereka terhadap Covid-19," kata Tedros.

Baca juga: 60 Kasus Baru, Berikut Perkembangan Terkini Virus Corona di Korea Selatan

Semakin mengkhawatirkan

Contoh kasus yang disebut mengkhawatirkan adalah munculnya virus corona di Italia dan Iran tanpa ada tanda-tanda sebelumnya.

Hingga kini, di Italia tercatat 229 kasus infeksi virus corona COVID-19 dengan tujuh kasus kematian.

Sementara, di Iran, dilaporkan setidaknya 50 orang meninggal di kota  Qom, akibat virus corona. 

Lonjakan mendadak juga terjadi di Korea Selatan. Data terbaru menunjukkan bahwa jumlah infeksi di negara tersebut telah mencapai 893 kasus per Selasa (25/2/2020).

Mengutip The Guardian, sebagian ahli mengatakan bahwa sulit dipercaya jika COVID-19 saat ini tidak akan benar-benar menyebar ke seluruh dunia. 

"Saat ini, kami telah menganggap virus ini sebagai pandemi dalam semua aspek, kecuali nama yang disematkan. Dan hanya masalah waktu sebelum WHO mulai menggunakan istilah itu untuk menyebutnya," kata Dr Bharat Pankhania dari University of Exeter Medical School.

Baca juga: Cerita Warga Italia, Stok Bahan Makanan dan Berburu Masker karena Khawatir Virus Corona...

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Virus Corona, Gejala dan Cara Pencegahannya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kronologi Perampok Sebar Uang Curian Rp 250 Juta untuk Mengecoh Kejaran Warga di Jambi

Kronologi Perampok Sebar Uang Curian Rp 250 Juta untuk Mengecoh Kejaran Warga di Jambi

Tren
20 Negara Penduduk Terbanyak di Dunia 2024, Indonesia Nomor Berapa?

20 Negara Penduduk Terbanyak di Dunia 2024, Indonesia Nomor Berapa?

Tren
Ilmuwan Akhirnya Tahu Apa Isi Bulan, Disebut Mirip dengan Bumi

Ilmuwan Akhirnya Tahu Apa Isi Bulan, Disebut Mirip dengan Bumi

Tren
14 Kepala Daerah Penerima Satyalancana dari Jokowi, Ada Bobby tapi Gibran Batal Hadir

14 Kepala Daerah Penerima Satyalancana dari Jokowi, Ada Bobby tapi Gibran Batal Hadir

Tren
KAI Sediakan Fitur 'Connecting Train' untuk Penumpang yang Tidak Dapat Tiket di Stasiun

KAI Sediakan Fitur "Connecting Train" untuk Penumpang yang Tidak Dapat Tiket di Stasiun

Tren
Daftar Dugaan Keterlibatan Keluarga SYL dalam Pencucian Uang, Digunakan untuk Skincare dan Renovasi Rumah

Daftar Dugaan Keterlibatan Keluarga SYL dalam Pencucian Uang, Digunakan untuk Skincare dan Renovasi Rumah

Tren
Daftar Keluarga Jokowi yang Terima Penghargaan, Terbaru Bobby Nasution

Daftar Keluarga Jokowi yang Terima Penghargaan, Terbaru Bobby Nasution

Tren
Benarkah Tidur di Kamar Tanpa Jendela Berakibat TBC? Ini Kata Dokter

Benarkah Tidur di Kamar Tanpa Jendela Berakibat TBC? Ini Kata Dokter

Tren
Ini Daftar Kenaikan HET Beras Premium dan Medium hingga 31 Mei 2024

Ini Daftar Kenaikan HET Beras Premium dan Medium hingga 31 Mei 2024

Tren
Ramai soal Nadiem Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris, Ini Kata Kemendikbud Ristek

Ramai soal Nadiem Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris, Ini Kata Kemendikbud Ristek

Tren
Media Korsel Soroti Pertemuan Hwang Seon-hong dan Shin Tae-yong di Piala Asia U23

Media Korsel Soroti Pertemuan Hwang Seon-hong dan Shin Tae-yong di Piala Asia U23

Tren
10 Ras Anjing Pendamping yang Cocok Dipelihara di Usia Tua

10 Ras Anjing Pendamping yang Cocok Dipelihara di Usia Tua

Tren
5 Manfaat Kesehatan Daging Buah Kelapa Muda, Salah Satunya Menurunkan Kolesterol

5 Manfaat Kesehatan Daging Buah Kelapa Muda, Salah Satunya Menurunkan Kolesterol

Tren
Viral, Video Sopir Bus Cekcok dengan Pengendara Motor di Purworejo, Ini Kata Polisi

Viral, Video Sopir Bus Cekcok dengan Pengendara Motor di Purworejo, Ini Kata Polisi

Tren
PDI-P Laporkan Hasil Pilpres 2024 ke PTUN Usai Putusan MK, Apa Efeknya?

PDI-P Laporkan Hasil Pilpres 2024 ke PTUN Usai Putusan MK, Apa Efeknya?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com