Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

75 Tahun Perjalanan Karier Politik Mahathir Mohamad

Kompas.com - 24/02/2020, 16:40 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

Di bawah pemerintahannya, Malaysia mengalami pertumbuhan ekonomi secara cepat. Ia mulai memprivatisasi perusahaan pemerintah, termasuk maskapai penerbangan, utilitas dan telekomunikasi.

Salah satu proyek infrastrukturnya adalah North-South Expressway, jalan raya yang membentang dari perbatasan Thailand dan Singapura.

Dari tahun 1988 hingga 1996, Malaysia merasakan ekspansi ekonomi sebesar 8 persen. Mahathir kemudian merilis "Visi 2020" tentang rencana ekonomi jangka panjang Malaysia.

Dengan visi itu, ia menegaskan bahwa negaranya akan menjadi negara yang sepenuhnya berkembang pada tahun 2020.

Mahathir membantu menggeser basis ekonomi negara itu dari pertanian dan sumber daya alam dan menuju manufaktur dan ekspor.

Hasilnya, pendapatan per kapita Malaysia berlipat ganda dari tahun 1990 hingga 1996.

Kejeniusan strategi ekonomi Mahathir itu mendapat pujian dari Mantan Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid dengan menjulukinya sebagai anak ajaib ekonomi (economic wizard) seperti dilansir dari Harian Kompas, 20 Oktober 1998.

Baca juga: Sebelum Mundur, Mahathir Sempat Temui Anwar Ibrahim

Dinilai otoriter

Meskipun memiliki karier dan catatan mentereng, bukan berarti pemerintahan Mahathir sepi kritikan. 

Dikutip dari Biography, awal kepemimpinannya dinilai otoriter.

Pada 1987, ia melembagakan Undang-Undang Keamanan Dalam Negeri yang memungkinkannya untuk menutup surat kabar dan memerintahkan penangkapkan terhadap 106 aktivis, pemimpin agama, dan lawan politik, termasuk Anwar Ibrahim.

Mahathir juga mengubah konstitusi untuk membatasi kekuasaan interpretif Mahkamah Agung dan memaksa sejumlah anggota berpangkat tinggi untuk mengundurkan diri.

Catatan Mahathir tentang kebebasan sipil, serta kritiknya terhadap kebijakan ekonomi Barat dan kebijakan negara-negara industri terhadap negara-negara berkembang, membuat hubungannya dengan Amerika Serikat, Inggris, dan Australia menjadi sulit.

Pada tahun 2003, Mahathir memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Perdana Menteri Malaysia setelah 22 tahun berkuasa. 

Menjabat PM Malaysia untuk Kedua Kalinya

Pada tahun 2018, Mahathir dengan dukungan Anwar Ibrahim kembali menuduki kursi PM Malaysia setelah koalisi Pakatan Harapan (PH) memenangi pemilu ke-14 Malaysia, seperti diberitakan oleh Harian Kompas, 11 Mei 2018.

Kelompok oposisi itu mendapat total 114 kursi di parlemen dengan kekuatan Partai Keadilan Rakyat, Amanah, Partai Aksi Demokrasi (DAP), dan Partai Pribumi Bersatu Malaysia (PPBM) yang bergabung dengan PH.

Koalisi Pakatan Harapan kemudian sepakat bahwa Anwar akan menggantikan Mahathir pada Mei 2020, genap dua tahun setelah Mahathir berkuasa.

Namun belum sampai Mei 2020, koalisi Mahathir dan Anwar pecah kongsi. Mahathir memutuskan mundur dari kursi Perdana Menteri Malaysia, Senin (24/2/2020).

Baca juga: Ambisi Gantikan Mahathir Jadi PM Malaysia Kandas, Anwar Ibrahim Kaget Dikhianati

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com