Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat China Berencana Hentikan Perdagangan Satwa Liar akibat Virus Corona...

Kompas.com - 23/02/2020, 05:50 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badan pembuat hukum di China merencanakan memperketat aturan perdagangan satwa liar setelah wabah virus corona.

Wabah yang telah menewaskan lebih dari 2.000 orang ini diyakini dimulai dari pasar hewan di Wuhan, China. Berbagai jenis hewan diperjualbelikan di sana.

Wabah SARS 2002 juga diduga bermula dari pasar hewan liar.

Bahkan memakan daging liar dianggap sebagai sumber virus Ebola di Afrika.

Sebelumnya pada Januari, pemerintah menghentikan sementara jual beli hewan liar.

Padahal biasanya hewan liar bebas dijadikan makanan, obat-obatan tradisional China, dan lain-lain.

Baca juga: Terulang, Dokter Senior di Wuhan, Liu Zhiming Meninggal Dunia akibat Virus Corona

Larangan makan daging liar

Dilansir Nature (22/2/2020), Para ilmuwan berspekulasi bahwa aturan yang akan ditetapkan termasuk larangan makan daging liar.

Ilmuwan konservasi berspekulasi komite akan melarang makan hewan liar, seperti ular dan kelelawar.

Tapi apakah itu akan meluas ke hewan yang diternakkan, seperti rusa sika, belumlah jelas.

Para peneliti tidak berpikir bahwa satwa liar yang digunakan bulunya dan digunakan untuk obat akan terpengaruh.

Beberapa peneliti menginginkan larangan total terhadap perdagangan satwa liar, tanpa pengecualian.

Sedangkan yang lain mengatakan perdagangan beberapa hewan mungkin dilanjutkan. Mengingat ada orang-orang yang bergantung padanya untuk mata pencaharian mereka.

Baca juga: Mewabah di Puluhan Negara, Ini Mitos dan Fakta soal Virus Corona

Kerugian yang mungkin terjadi

Menurut Masyarakat Pengusaha dan Ekologi nirlaba di Beijing, pelarangan konsumsi daging liar dapat merugikan ekonomi China 50 miliar yuan atau setara Rp 97,8 triliun.

Selain itu juga dapat menghentikan 1 juta orang dari pekerjaan mereka.

Dilansir dari SCMP, perdagangan satwa liar diperkirakan sebagai bisnis yang menjanjikan di China. Keuntungannya hingga 52 miliar yuan atau setara Rp 1, 019 triliun.

Mempekerjakan lebih dari 14 juta orang dan membiakkan berbagai spesies eksotis. Mulai dari puyuh, burung unta, ular, buaya, dan musang.

Peternak katak China tidak setuju dengan adanya rencana larangan perdagangan satwa liar.

Sedangkan kepastian mengenai aturan tersebut rencananya akan diumumkan Senin depan.

Baca juga: 6 Hal yang Perlu Diketahui soal Virus Corona, Apa Saja?

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Mitos dan Fakta Soal Virus Corona

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com