Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli Medis China: Pasien Sembuh Masih Mungkin Tularkan Virus Corona

Kompas.com - 22/02/2020, 15:18 WIB
Vina Fadhrotul Mukaromah,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ahli medis China sebagai garda depan melawan virus corona COVID-19 memberikan peringatan bahwa pasien yang dinyatakan sembuh masih memiliki kemungkinan menularkan virus corona.

Kepala tim medis yang bekerja untuk wilayah Hubei, Zhao Jianping, mengatakan, ada beberapa kasus pasien masih teruji positif virus setelah mereka sembuh.

"Ini berbahaya. Di mana menempatkan pasien-pasien itu? Anda tidak dapat mengirim pulang karena mereka dapat menulari orang lain. Namun, Anda juga tidak dapat memasukkannya ke rumah sakit mengingat sumberdaya yang ada," kata Zhao seperti dikutip South China Morning Post (SCMP), Sabtu (22/2/2020).

Baca juga: Kasus Infeksi Virus Corona di Korsel Melonjak Tajam, 346 Kasus, 2 Meninggal Dunia

Risiko seharusnya rendah

Para peneliti mengatakan, masih terlalu dini untuk menyimpulkan.

Alasannya, masih banyak hal yang harus dipelajari terkait virus ini. Akan tetapi, dilihat dari segi teori, risiko yang ditimbulkan seharusnya rendah.

Dalam sebuah wawancara dengan The Beijing News, Rabu (19/2/2020), Zhao mengatakan bahwa salah satu pasiennya telah dikeluarkan dari rumah sakit setelah dua tes laboratorium menyatakan negatif.

Namun, beberapa hari setelahnya, pasien tersebut datang kembali dengan demam. Saat dilakukan pemeriksaan, ia terkonfirmasi positif virus corona lagi.

Zhao mengusulkan, untuk kasus seperti itu, pasien yang pulih harus mengarantina dirinya sendiri di rumah selama 14 hari setelah keluar dari rumah sakit.

Baca juga: Update Korban Virus Corona: 2.250 Orang Meninggal Dunia dan 76.806 Terinfeksi

Sebelumnya, para ahli dari China telah memperingatkan bahwa pasien yang telah sembuh dari virus corona dapat terinfeksi untuk kedua kalinya.

Sejauh ini, teori tersebut belum dapat dipastikan berlaku untuk kasus pasien Zhao atau tidak.

Pertanyaan yang lain juga muncul terkait keandalan tes asam nukleat yang digunakan untuk mengonfirmasi adanya virus corona.

Di Provinsi Ontario, Kanada, pada dua kasus pertama COVID-19, hasil pemeriksaan pasien terus menunjukkan hasil positif virus setelah sembuh.

Jejak virus atau bakteri

Seorang dokter dan penulis Kanada, Kevin Patterson, mengatakan, dalam beberapa kasus, pasien yang telah sembuh dari penyakit seperti Ebola atau TBC akan terus membawa jejak virus atau bakteri penyebabnya di dalam tubuh mereka.

Namun, ia juga mengatakan, jika virus atau bakteri dalam kasus-kasus tersebut tidak menular.

"Organisme itu mati karena pengobatan yang dilakukan telah membunuh mereka. Mungkin partikel virus dan DNA virus terdeteksi tetapi tidak menular. Jika menular (virus corona), kasus ini baru menjadi tidak biasa," kata Kevin.

Perwakilan Komisi Kesehatan Nasional, Qiu Haibo, mengatakan, pasien yang berada dalam pemulihan ataupun sudah pulih seharusnya tidak menularkan virus.

Baca juga: [POPULER TREN] Viral Packing Masker Diinjak-injak | Virus Corona Merebak di Korsel

Sementara, Kepala Divisi Epidemiologi dan Biostatistik di Universitas Hong Kong, Benjamin Cowling, menyebutkan, cara terbaik untuk menilai risiko adalah dengan memastikan apakah virus corona yang ditemukan pada pasien yang sudah pulih tersebut telah mati.

"Ketika pasien pulih, berarti tubuh mereka telah mengalahkan virus, jadi secara teori, risiko penularan harusnya rendah," kata dia.

Cowling juga mengatakan, meskipun beberapa pasien tersebut terbukti dapat menularkan virus, menjadi sangat penting untuk mengawai seberapa sering kasus semacam terjadi.

Ia percaya bahwa kasus-kasus tersebut merupakan bagian kecil dari keseluruhan kasus.

Menurut Cowling, jika orang-orang telah diberi kebebasan untuk melakukan perpindahan di China, akan ada potensi penularan.

Akurasi tes

Sebagian ahli juga menyoroti tentang akurasi tes, dengan banyaknya pasien di provinsi Hubei yang diberikan hasil pemeriksaan yang salah.

Mengutip SCMP, seorang Profesor Imunologi di Beijing, menyatakan, penting untuk memeriksa kualitas tes.

"Jika ada sedikit polusi di dalam alat tes, hasil yang diperoleh pun menjadi palsu," kata profesor tersebut.

Sementara, Presiden Akademi Ilmu Pengetahuan Medis China, Wang Chen, mengatakan bahwa tes hanya memiliki tingkat akurasi sebesar 30 hingga 50 persen.

Pasalnya, tes melibatkan sejumlah langkah dan kesalahan yang terjadi di dalam proses panjang tersebut dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.

Baca juga: Korea Selatan Umumkan Kematian Kedua akibat Virus Corona

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo INfografik: Wabah Virus Corona Berstatus PHEIC

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com