Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meninggal Dunia, Berikut Perjalanan Legenda Bulu Tangkis Tati Sumirah

Kompas.com - 14/02/2020, 10:48 WIB
Mela Arnani,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pebulu tangkis Indonesia Tati Sumirah meninggal dunia di usia 68 tahun pada Kamis (13/2/2020) malam.

Tati meninggal di RSUP Persahabatan, Rawamangun, Jakarta Timur sekitar pukul 22.25 WIB.

Ia merupakan atlet bulu tangkis yang berhasil mengantarkan Indonesia untuk pertama kalinya memboyong Piala Uber 1975.

Tak kurang dari empat kali perempuan kelahiran Jakarta, 9 Februari 1952 ini memperkuat tim bulu tangkis Indonesia merebut Piala Uber.

Selain itu, ia juga pernah meraih medali emas dalam pagelaran PON VIII tahun 1973, Kejuaraan Nasional Bulu Tangkis 1974, Invitasi Bulu, Asian Games 1974, Tangkis Dunia 1974 dan 1975.

Dikabarkan Harian Kompas, 15 Februari 1980, Tati tampil sebagai juara tunggal putri dalam seleksi nasional bulu tangkis di Istora Senayan.

Ia berhasil menyapu bersih seluruh set dari keempat lawannya.

Pada final kejuaraan bulu tangkis wilayah Jakarta Selatan di Istora Senayan 17 Februari 1983, Tati dari klub Tangkas bermain melawan Noviyanti Mawardi dalam nomor tunggal putri dewasa.

Di semifinal, Tati mengalahkan rekan satu klubnya Lily Emmy dengan skor 11-0 dan 11-3.

Kejuaraan ini diikuti 942 peserta yang mempertandingkan dari kelompok anak-anak hingga veteran putra-putri yang melibatkan 36 klub anggota PBSI Jakarta Selatan.

Baca juga: Mengenang Profesor Drum Neil Peart...

Pramuniaga apotek

Pemberitaan Harian Kompas, 25 Mei 2003, pemain bulu tangkis berambut pendek ini pernah bekerja sebagai pramuniaga apotek.

Saat itu, Tati bercerita bahwa ia meninggalkan dunia bulu tangkis sekitar tahun 1982 karena seleksi alam.

Pemain muda mulai tampil cemerlang, sedangkan prestasinya justru menurun.

Tati juga pernah menjadi pelatih bulu tangkis.

"Tahun 1982, saya sempat menjadi pelatih bulu tangkis di daerah Kelapa Gading, tetapi hanya beberapa bulan. Saya berhenti melatih karena jumlah anak yang tertarik bulu tangkis makin berkurang, mereka lebih suka bermain tenis atau berenang," kata Tati.

Banyak piala dan medali pernah ia raih selama kurang lebih 13 tahun selama di dunia bulu tangkis hingga ke Australia, Inggris, Denmark, Belanda, Jerman, India, dan Iran.

"Medali saya simpan begitu saja di laci, kalau piala saya taruh di atas lemari," katanya lagi.

Sejak memilih untuk menggantung raket, Tati mengaku tak lagi tertarik di dunia bulu tangkis. Bahkan, menonton pertandingan bulu tangkis di layar pun tidak.

Baca juga: Mengenang Marie Fredriksson, Vokalis Roxette Sekaligus Survivor Kanker Otak

Tidak menyesal

Kegiatan bulu tangkis membuat sekolah Tati terganggu.

"Saya harus memilih main badminton atau sekolah. Saya memilih main badminton karena senang mendengar sorakan penonton," ujar dia.

Disebutkan, ia tak menamatkan pendidikan SLTPnya.

Meski begitu, ia mengaku tidak pernah menyesal pada pilihan tersebut, walaupun uang hasil bermain bulu tangkis yang masih dapat terlihat hanya sebuah rumah dan motor Vespa warna merah buatan tahun 1984.

"Setelah Uber Cup tahun 1975, saya beli motor Vespa baru, rasanya senang sekali bisa ngebut. Tahun 1982 saya sempat beli mobil, tetapi enggak lama kemudian saya jual lagi. Uangnya saya jadikan rumah dan Vespa yang saya pakai sampai sekarang," tuturnya.

Baca juga: Mengenang R Soeprapto, Bapak Kejaksaan yang Berani Menolak Perintah Bung Karno

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com