KOMPAS.com - Infeksi virus corona yang berpusat di Wuhan, Provinsi Hubei, China hingga saat ini sudah menyerang lebih dari 4.515 orang di berbagai negara.
Tak hanya itu, bahkan lebih dari 106 orang diketahui meninggal akibat serangan virus jenis baru ini.
Meski dilaporkan bisa berujung kematian, apakah sebenarnya infeksi virus 2019-NovCoV ini bisa disembuhkan?
Menjawab pertanyaan tersebut, Kompas.com mencoba menghubungi dokter spesialis paru sekaligus dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) Dr. dr. Yusup Subagio Sutanto, SpP.(K).
Menurutnya, virus ini bisa disembuhkan. "Pada dasarnya virus ini self limiting disease (dapat sembuh oleh sistem imun tanpa membutuhkan obat-obatan), bisa sembuh sendiri, cuma jangan dianggap enteng seperti virus influenza biasa," kata Yusup Selasa (28/1/2020) siang.
Ia menyebut kunci utama dalam kasus virus corona terdapat pada tingkat daya tahan seseorang. Sehingga masyarakat dapat berupaya untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya untuk memperkecil risiko tertular virus corona.
"Jadi bila daya tahan seseorang baik dan jumlah virus yang terpapar pada orang tersebut tidak banyak, ya cepat sembuh," ujarnya.
Dikutip dari WebMD, kita bisa memperlakukan virus ini seperti ketika terserang demam.
Misalnya dengan banyak beristirahat, perbanyak minum, dan minum obat untuk sakit tenggorokan juga demam.
Akan tetapi jangan berikan aspirin pada anak-anak di bawah 19 tahun, berikan saja ibuprofen atau acetaminophen sebagai gantinya.
Sementara, beberapa korban meninggal umumnya tidak hanya semata disebabkan oleh virus corona. Tetapi juga dipengaruhi sejumlah faktor seperti usia tua maupun memiliki penyakit lain yang sudah ada sebelum terserang virus tersebut.
Baca juga: 5 Jawaban Soal Virus Corona, dari Adakah Obatnya hingga Efektifkah Pemeriksaan di Bandara?
Mengutip pemberitaan Kompas.com sebelumnya, seseorang harus mulai mewaspadai serangan virus corona apabila sakit yang dirasa sudah semakin berat.
Di saat itulah daya tahan tubuh sudah mulai kalah oleh kekuatan virus. Direktur Eijkman Institute for Molecular Biology, Prof. Amin Soebandrio menjelaskan hal tersebut.
"Kalau sakitnya cenderung menjadi berat, sistem kekebalan tubuh kita mulai kalah, di situlah kita harus mendapat perawatan," kata dia.
Sementara itu, terdapat satu metode yang bisa digunakan untuk deteksi dini virus corona, yakni Polymerase Chain Reaction (PCR).