KOMPAS.com - Media sosial Twitter diramaikan soal tudingan prakiraan cuaca di DKI Jakarta oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang dianggap tak akurat.
Bahkan, kata "BMKG" sempat masuk daftar trending Twitter pada Senin (20/1/2020) pagi dengan lebih dari 3.800 twit.
Salah satu yang menggunggah twit soal ini adalah politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Hidayat Nur Wahid.
Menurut Hidayat, prediksi BMKG berkali-kali salah, seperti wilayah yang sebelumnya diperkirakan mengalami hujan ekstrem justru cerah.
Demikian pula sebaliknya.
"Ber-kali2 BMKG salah; yg diramal hujan extrim, tak ada hujan, yg tak diramal hujan extrim malah curah hujannya terdahsyat. Tapi uniknya nggak ada yg lakukan class action ke BMKG. Tapi class actionnya kpd Anies B. Sekalipun yg paling terdampak banjir adalah Provinsi Jabar&Banten," tulis Hidayat dalam akun Twitter-nya, @hnurwahid, Minggu (12/1/2020).
Ber-kali2 BMKG salah;yg diramal hujan extrim, tak ada hujan, yg tak diramal hujan extrim malah curah hujannya terdahsyat. Tapi uniknya nggak ada yg lakukan class action ke BMKG. Tapi class actionnya kpd AniesB. Sekalipun yg paling terdampak banjir adalah Provinsi Jabar&Banten. https://t.co/VYH007gLIF
— Hidayat Nur Wahid (@hnurwahid) January 12, 2020
Hingga saat ini, twit tersebut telah dibagikan ulang lebih dari 1.100 kali oleh pengguna Twitter lainnya.
Baca juga: Waspada Banjir, Prediksi BMKG, dan Imbauan BNPB
Menanggapi hal itu, Kabag Humas BMKG Ahmad Taufan Maulana mengatakan, BMKG selalu memberikan update secara berkala terkait perubahan kondisi atmosfer di Indonesia.
"Informasi kami sangat detail dan jelas. Disampaikan secara update dan berkala," kara Taufan kepada Kompas.com, Senin (13/1/2020).
Menurut dia, cuaca di Jabodetabek sejak awal Januari ini sesuai dengan prediksi yang dikeluarkan oleh BMKG.
Taufan menegaskan, prediksi cuaca dan imbauan yang dikeluarkan oleh BMKG itu bertujuan agar masyarakat waspada.
Sebelumnya, BMKG telah mengeluarkan prakiraan cuaca pada 9-12 Januari 2020 di wilayah Jabodetabek.
Dalam rilisnya, diketahui bahwa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat masih berpotensi terjadi di wilayah Jabodetabek, tetapi tidak seekstrem hujan yang terjadi pada 1 Januari 2020.
Baca juga: Benarkan Gerhana Bulan Sebabkan Banjir Rob, Ini Penjelasan BMKG
Mengenai hal ini, Kepala Balai Besar TMC BPPT Tri Handoko Seto juga memberikan tanggapannya.
Ia mengatakan, BPPT bersama dengan BNPB, TNI AU, dan BMKG melakukan operasi modifikasi cuaca untuk mengurangi curah hujan di Jabodetabek sejak 3 Januari 2020 lalu.
"Hingga saat ini, BPPT dengan pihak terkait masih terus melakukan modifikasi cuaca," kata Tri saat dihububi Kompas.com secara terpisah, Senin (13/1/2020).
Menurut Tri, modifikasi cuaca tersebut berhasil mengurangi curah hujan di Jabodetabek sesuai target, yaitu 30-40 persen.
"Tanah Jabodetabek tetap punya hak atas air hujan. Karena memang diperlukan. TMC juga memang tidak mampu menghilangkan hujan sama sekali setiap hari," kata Tri Handoko.