KOMPAS.com - Hari ini 20 tahun lalu, tepatnya 31 Desember 1999, terjadi pembajakan pesawat Indiana Airlines rute Nepal-New Delhi.
Pembajakan delapan hari itu berakhir setelah Pemerintah India memenuhi tuntutan para pembajak, yakni membebaskan tiga militan Kashmir yang ditahan India.
Pesawat yang ditumpangi tiga militan dan Menlu India Jaswant Singh mendarat di Bandar Udara Kandahar, Afganistan, Jumat pukul 11.10 GMT (atau 18.10 WIB).
Pesawat itu kemudian jalan pelan-pelan menuju ujung landasan dan berhenti di posisi sekitar satu kilometer dari pesawat jet Indian Airlines yang dibajak.
Drama pembajakan ini bermula ketika Pesawat komersial bernomor penerbangan IC-814 lepas landas dari Bandar Udara Internasional Tribhuvan, Kathmandu, Nepal 24 Desember 1999 pukul 10.55 waktu setempat.
Harian Kompas, 26 Desember 1999, memberitakan, tiba-tiba muncul sekitar empat pembajak yang menggunakan senjata api, pisau, dan granat setelah 45 menit pesawat lepas landas.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Indonesia Berduka, Gus Dur Berpulang pada 30 Desember 2009
Mereka menguasai pesawat yang saat itu masih berpenumpang 189 orang, termasuk 11 kru. Salah seorang penumpang di antaranya adalah Sharad Yadav, Menteri Penerbangan Sipil India.
"Dengan berbahasa Hindi, pembajak mengumumkan bahwa mereka sedang mengambil alih pesawat itu. Para penumpang diminta menundukkan kepala serta menutup mata. Kami melakukannya. Kami kemudian tidak tahu apa yang terjadi dan ke mana pesawat pergi," kata Tyagi, salah seorang penumpang yang melakukan perjalanan bersama suami dan dua anaknya.
Menurut dia, ada seorang pemuda yang mencoba tetap memandang pembajak. Setelah dua kali diperingatkan, pemuda itu akhirnya tewas dibunuh.
Dalam suasana yang sangat mengerikan, pembajak menghendaki pesawat mendarat di Lahore, Pakistan.
Namun, pesawat tidak diberi izin mendarat.
Ketika itu, bahan bakar tinggal untuk sekitar 20 menit. Pesawat lalu mendarat di Amritsar. Setelah itu, pesawat lepas landas lagi dari Amritsar dengan bahan bakar yang minim.
Pesawat kemudian dilaporkan melayang-layang di atas Lahore.
Ketika itu, pejabat Bandar Udara India mengupayakan izin agar Pakistan menerima pendaratan pesawat di Lahore.
Pesawat itu pun mendarat di Lahore pukul 14.41 waktu setempat dan mengisi bahan bakar.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Gempa dan Tsunami Messina Tewaskan 100.000 Orang
Awalnya, pesawat Indiana Airilines itu berencana untuk mendarat di Afganistan, tetapi dilarang oleh pejabat Afganistan karena bandara setempat tidak dilengkapi fasilitas pendaratan malam.
Pesawat itu kemudian mendarat di Pangkalan Udara Militer Uni Emirat Arab, di luar Dubai, pada pukul 20.05 waktu setempat.
Saat itu, 26 wanita dan anak-anak sudah diturunkan dari pesawat yang dibajak, termasuk korban tewas.
Namun, pesawat kemudian meninggalkan pangkalan militer tersebut, menuju lokasi yang tidak jelas.
Pukul 03.09 dini hari, pesawat mendarat di Kandahar, Afganistan hingga akhir penyanderaan, 31 Desember 1999.
Harian Kompas, 27 Desember 1999 memberitakan, berdasarkan sumber penyidikan Nepal, empat dari lima pembajak bersenjata itu tiba di Kathmandu dengan sebuah penerbangan dari Pakistan.
Longgarnya proses pengamanan membuat mereka tanpa diperiksa dapat memasuki pesawat Indian Airlines itu menjelang lepas landas.
"Keempatnya tiba dari Karachi, Pakistan Selatan, dengan pesawat Pakistan International Airlines yang terlambat pada Jumat malam. Dan, proses transfer ke pesawat Indian Airlines itu berlangsung kurang dari sejam," kata sumber itu.
Keempatnya kemudian berjalan melintasi landasan menuju pesawat yang akan mereka bajak, dengan demikian tak melalui prosedur keamanan.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Gempa dan Tsunami Aceh 2004
Dikutip dari pemberitaan Harian Kompas, 29 Desember 1999, para pembajak itu memiliki tiga tuntutan yang harus segera dipenuhi.
Pertama, mereka menuntut agar India membebaskan ulama Pakistan Maulana Masood Azhar, yang ditahan karena mendukung separatisme Kashmir.
Kedua, pembebasan 35 orang gerilya Muslim yang ditahan lainnya.
Ketiga, dikembalikannya peti jenazah teroris Sajjad Afghani, dan pembayaran oleh India sebesar 200 juta dollar" sebagai penukar 160 orang yang ada di pesawat, meski kemudian mencabut tuntutan ketiga ini.
Harian Kompas 1 Januari 2000 memberitakan, setelah Pemerintah India membebaskan militan dari penjara India, kawanan pembajak itu menyerah.
Dengan mengenakan tutup muka dan senjata api, lima pembajak turun dari Airbus 300 yang dibajak. Mereka lalu masuk kendaraan yang sudah disiapkan petugas.
Para pembajak itu kemudian dibawa keluar bandar udara.
Beberapa saat kemudian, para penumpang dan awak pesawat yang disekap di dalam pesawat sejak 24 Desember 1999 mulai keluar dari pesawat.
Para penumpang langsung menuju beberapa bus yang akan membawa mereka ke pesawat India yang sebelumnya membawa tiga militan dan Menlu India.
Mereka diperkirakan langsung diterbangkan ke India.
Sementara nasib para pembajak, kata Penasihat Keamanan Nasional India Brajesh Mishra, diserahkan pada Pemerintah Taliban yang berkuasa di Afganistan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.