KOMPAS.com - Keracunan makanan sering kali muncul akibat salah mengonsumsi atau salah mengolah bahan makanan.
Beberapa kasus, keracunan makanan terjadi lantaran makanan yang dimakan terpapar bakteri seperti salmonella atau Escherichia coli (E. coli).
Terbaru, belasan warga Desa Oebelo, Kecamatan Amanuban Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), NTT harus dilarikan ke puskesmas lantaran mengonsumsi bangkai daging kambing.
Adapun gejala dari keracunan makanan yang biasa muncul adalah perut sakit dan mual, muntah, kram perut, diare, demam, lemas, selera makan hilang, otot nyeri, dan tubuh terasa panas dingin.
Tak hanya itu, keracunan makanan apabila tidak ditangani dengan serius, dapat menyebabkan penderitanya meninggal dunia.
Baca juga: Dilarang Keras, seperti Apa Bahaya Konsumsi Daging Bangkai?
Lantas bagaimana penanganan untuk keracunan makanan?
Disadur dari Mayo Clinic, perawatan untuk keracunan makanan biasanya tergantung pada sumber penyakit, dan tingkat keparahan gejala keracunan.
Bagi kebanyakan orang, keracunan makanan sembuh tanpa pengobatan dalam beberapa hari, meskipun beberapa jenis keracunan makanan dapat bertahan lebih lama.
Pengobatan keracunan makanan dapat meliputi:
1. Penggantian cairan yang hilang
Cairan dan elektrolit-mineral seperti natrium, kalium dan kalsium yang menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh, hilang karena diare dan muntah akibat keracunan makanan.
Beberapa anak-anak dan orang dewasa dengan diare atau muntah yang berkepanjangan, mungkin perlu dirawat di rumah sakit.
Di mana mereka dapat menerima garam dan cairan melalui infus yang terpasang di pembuluh darah (secara intravena), untuk mencegah atau mengobati dehidrasi.
Baca juga: 4 Kasus Keracunan yang Pernah Terjadi, dari Konsumsi Jengkol hingga Umbi Gadung
2. Antibiotik
Antibiotik dapat diberikan oleh dokter jika pasien mengalami keracunan makanan bakteri tertentu dan gejalanya parah.