KOMPAS.com – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mencopot Direktur Utama Garuda Indonesia I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra atau kerap disapa Ari Askhara.
Pencopotan Ari dilakukan setelah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai menemukan onderdil motor Harley Davidson dan sepeda Brompton yang dibawa secara ilegal di pesawat baru milik Garuda berjenis Airbus A3330-900 Neo.
Dalam pesawat yang terbang dari Perancis itu, ada Ari di dalamnya.
Pencopotan Ari disambut gembira oleh awak kabin Garuda Indonesia. Bahkan, ada beberapa karangan bunga dukungan dan apresiasi atas keputusan Menteri BUMN Erick Thohir.
Respons para awak kabin ini tak terlepas dari sejumlah kebijakan Ari Askhara yang dinilai kontroversial.
Berikut beberapa kebijakan Ari Askhara yang dinilai kontroversial, beberapa di antaranya diungkapkan para awak kabin, dirangkum dari sejumlah pemberitaan Kompas.com:
Sekertaris Ikatan Awak Kabin Garuda Indonesia (IKAGI), Jacqueline Tuwanakotta, mengatakan, selama era kepemimpinan Ari, para awak kabin merasa bekerja dalam tekanan.
Ia mengungkapkan, jika awak kabin melakukan kesalahan, manajemen Garuda Indonesia akan langsung memindahtugaskan para awak kabinnya.
Hal ini membuat para awak kabin merasa terancam.
“Lakukan kesalahan sedikit langsung dipindahkan ke Papua, kemudian kesalahan yang harusnya masuk dalam pembinaan, tiba-tiba di-grounded, tidak boleh terbang,” kata dia, seperti dikutip dari pemberitaan Kompas.com, Senin (9/12/2019).
Baca juga: Awak Kabin Garuda Adukan Dosa-dosa Ari Askhara ke Erick Thohir
Kebijakan lainnya yang dianggap memberatkan para awak kabin adalah kebijakan Ari tentang jam kerja para awak kabin yang di luar batas.
Jacqueline mencontohkan, ketika melakukan layanan penerbangan Jakarta-Sydney.
“Itu harusnya tiga hari, tapi jadi PP (pulang pergi). Itu memberi dampak tidak bagus kepada awak kabin," kata Jacqueline.
Kebijakan ini membuat sejumlah awak kabin mengalami sakit dan menjalani perawatan di rumah sakit.
Pada masa kepemimpinan Ari Askhara, para pramugari juga tak diberi fasilitas penginapan saat melayani penerbangan ke Australia.
Salah satu pramugari, Hersanti, mengungkapkan, ia baru bertugas di penerbangan Jakarta-Melbourne.
“Delapan belas jam saya harus bekerja buka mata dan lain-lain,” ujar Hersanti.
Hersanti mengatakan, peraturan itu berlaku sejak Agustus 2019.
“Kami manusia, bukan robot, sebaiknya kami dilakukan seperti manusia, harus tidur,” kata Hersanti.
Baca juga: Pramugari Garuda Minta Erick Thohir Sapu Bersih Orang Dekat Ari Askhara