Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Gempa Bumi Armenia Tewaskan Lebih dari 25.000 Jiwa

Kompas.com - 07/12/2019, 05:28 WIB
Vina Fadhrotul Mukaromah,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - 31 tahun yang lalu, tepatnya 7 Desember 1988, gempa bumi terjadi di Spitak, bagian utara Armenia dan menewaskan lebih dari 25.000 orang.

Di hari itu, ada dua gempa yang terjadi dan berjarak hitungan menit. Masing-masing memiliki kekuatan sebesar 6,9 Magnitudo dan 5,8 Magnitudo. Gempa ini dirasakan hingga Georgia, Turki, dan Iran.

Melansir History, gempa pertama terjadi sekitar pukul 11.41 sekitar 3 mil dari Spitak, sebuah kota yang berjarak sekitar 20 mil ke barat laut dari Kirovakan. Kota ini memiliki penduduk sekitar 25.000 orang.

Episentrum dari gempa ini tidak jauh dari permukaan dan menjadi bagian dari kerusakan yang mengerikan. Kemudian, empat menit setelahnya, gempa berkekuatan 5,8 meruntuhkan bangunan yang nyaris roboh pada gempa pertama.

Gempa bumi tersebut menghantam sekitar 40 persen wilayah Amerika. Namun, jumlah korban paling banyak ada di Spitak.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: NASA Ungkap Keberadaan Air di Mars

Kerusakan

Spitak mengalami kerusakan total. Struktur-struktur di kota kebanyakan dibangun dengan biaya murah atau hanya menggunakan bata dan atap batu sehingga hampir seluruhnya runtuh akibat getaran.

Melansir Armenian National Survey for Seismic Protection, 170 perusahaan industri dihentikan. Kerugian besar juga terjadi di pedesaan dan kompleks agroindustri sebagaimana monumen-monumen budaya, sejarah, dan arsitektural.

Akibat gempa bumi ini, sekitar 917 bangunan umum rusak.

Di Leninakan, kota kedua terbesar di Armenia dengan 300.000 penduduk, sekitar 80 persen bangunan tidak dapat bertahan. Lebih buruknya, pemerintah yang saat itu dikontrol oleh pemerintah Soviet menunda pemberian izin untuk tim penyelamat atau evakuator dan relawan memasuki wilayah gempa.

Kemudian, 10 hari setelah gempa, seluruh orang asing diperintahkan untuk keluar.

Para evakuator yang berhasil masuk ke wilayah gempa bekerja selama lebih dari seminggu untuk dapat menemukan korban. Korban terakhir diselamatkan dari bawah puing pada 15 Desember.

Para ahli memperkirakan bahwa korban tewas mungkin melebihi perkiraan awal karena ribuan orang juga mengalami luka selama gempa. Korban-korban ini menderita masalah-masalah ginjal setelah mengalami trauma.

Kemudian, kebanyakan dari mereka pun meninggal karena para petugas kesehatan tidak memiliki peralatan yang cukup untuk merawatnya.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Skuadron Pesawat Hilang di Segitiga Bermuda

Pemulihan

Bencana yang tidak terduga ini membuat sejumlah badan dan organisasi harus bekerja sama untuk menanggapi keadaan darurat yang terjadi.

Sejak gempa pertama, penduduk sudah mulai melakukan penyelamatan. Akan tetapi, kurangnya pengalaman dan pengetahuan dasar menyebabkan kesulitan dalam operasi penyelamatan.

Dengan upaya masyarakat dan penyelamat, 45.000 orang dapat diangkat dari puing-puing baik dalam keadaan hidup ataupun mati. Sementara itu, 12.500 orang pun harus dibawa ke rumah sakit.

Adapun kerugian besar yang dialami disebabkan oleh banyak alasan. Beberapa yang menjadi penyebab utama adalah sebagai berikut:

  • Risiko seismik dari wilayah Armenia sempat tidak terlalu diperhatikan. Setelah adanya gempa besar seperti Spitak
  • Komite khusus pemerintah yang mempelajari tentang dampak bencana menemukan bahwa kesalahan konstruksi turut berperan
  • Kualitas konstruksi tidak memadai. Teknologi konstruksi disalahi dan material tidak sesuai dengan standar
  • Badan-badan pemerintah tidak dapat mengendalikan situasi tepat waktu dan mengatur upaya penyelamatan. Banyak bangunan tidak siap untuk menghadapi bencana.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kenya Diterjang Banjir Bandang, KBRI Pastikan Kondisi WNI Aman

Kenya Diterjang Banjir Bandang, KBRI Pastikan Kondisi WNI Aman

Tren
Jadwal Festival Lampion Waisak Borobudur 2024, Tukar Tiket Mulai Mei

Jadwal Festival Lampion Waisak Borobudur 2024, Tukar Tiket Mulai Mei

Tren
Penelitian Menemukan Bagaimana Kucing Menghasilkan Suara Dengkuran Uniknya

Penelitian Menemukan Bagaimana Kucing Menghasilkan Suara Dengkuran Uniknya

Tren
Daftar Pelatih Timnas Indonesia dari Masa ke Masa, Shin Tae-yong Paling Lama

Daftar Pelatih Timnas Indonesia dari Masa ke Masa, Shin Tae-yong Paling Lama

Tren
Belum Terjual, Mobil Mario Dandy Dilelang mulai Rp 809 Juta, Simak Cara Belinya

Belum Terjual, Mobil Mario Dandy Dilelang mulai Rp 809 Juta, Simak Cara Belinya

Tren
Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Shin Tae-yong dan Pratama Arhan Akan Hadapi Rekannya

Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Shin Tae-yong dan Pratama Arhan Akan Hadapi Rekannya

Tren
Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Kick Off 00.30 WIB

Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Kick Off 00.30 WIB

Tren
Kronologi Perampok Sebar Uang Curian Rp 250 Juta untuk Mengecoh Kejaran Warga di Jambi

Kronologi Perampok Sebar Uang Curian Rp 250 Juta untuk Mengecoh Kejaran Warga di Jambi

Tren
20 Negara Penduduk Terbanyak di Dunia 2024, Indonesia Nomor Berapa?

20 Negara Penduduk Terbanyak di Dunia 2024, Indonesia Nomor Berapa?

Tren
Ilmuwan Akhirnya Tahu Apa Isi Bulan, Disebut Mirip dengan Bumi

Ilmuwan Akhirnya Tahu Apa Isi Bulan, Disebut Mirip dengan Bumi

Tren
14 Kepala Daerah Penerima Satyalancana dari Jokowi, Ada Bobby tapi Gibran Batal Hadir

14 Kepala Daerah Penerima Satyalancana dari Jokowi, Ada Bobby tapi Gibran Batal Hadir

Tren
KAI Sediakan Fitur 'Connecting Train' untuk Penumpang yang Tidak Dapat Tiket di Stasiun

KAI Sediakan Fitur "Connecting Train" untuk Penumpang yang Tidak Dapat Tiket di Stasiun

Tren
Daftar Dugaan Keterlibatan Keluarga SYL dalam Pencucian Uang, Digunakan untuk Skincare dan Renovasi Rumah

Daftar Dugaan Keterlibatan Keluarga SYL dalam Pencucian Uang, Digunakan untuk Skincare dan Renovasi Rumah

Tren
Daftar Keluarga Jokowi yang Terima Penghargaan, Terbaru Bobby Nasution

Daftar Keluarga Jokowi yang Terima Penghargaan, Terbaru Bobby Nasution

Tren
Benarkah Tidur di Kamar Tanpa Jendela Berakibat TBC? Ini Kata Dokter

Benarkah Tidur di Kamar Tanpa Jendela Berakibat TBC? Ini Kata Dokter

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com