Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral Naskah Pidato Nadiem untuk Hari Guru, Pakar Sebut Ada Tantangannya

Kompas.com - 23/11/2019, 19:00 WIB
Vina Fadhrotul Mukaromah,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Naskah pidato Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nadiem Makarim ramai dibahas di media sosial.

Sebelumnya, naskah pidato tersebut diunggah oleh akun twitter @Kemdikbud_RI dan dapat pula diunduh di laman kemdikbud.go.id. Pidato ini adalah pidato Nadiem pada upacara bendera peringatan Hari Guru Nasional 2019.

Pidato tersebut terbilang singkat dan memuat beberapa poin-poin penting. Dalam pidatonya, Nadiem mengajak perubahan pada guru dengan melakukan perubahan-perubahan kecil dalam kelasnya:

  • Mengajak kelas berdiskusi, bukan hanya mendengar
  • Memberikan kesempatan kepada murid untuk mengajar di kelas
  • Mencetuskan proyek bakti sosial yang melibatkan seluruh kelas
  • Menemukan suatu bakat dalam diri murid yang kurang percaya diri
  • Menawarkan bantuan kepada guru yang sedang mengalami kesulitan

Baca juga: Jelang 25 November, Ini Sejarah Hari Guru Nasional

Menurut pengamat pendidikan Darmaningtyas, poin-poin yang disampaikan Nadiem dalam naskah tersebut memang merupakan hal-hal yang dibutuhkan bagi guru untuk memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia saat ini.

Ia mengatakan bahwa saat ini, kurikulum terlalu padat dan tuntutan administrasi terlalu besar. Akhirnya, guru pun terjebak pada rutinitas untuk mengerjakan hal-hal yang bersifat administratif.

Tantangan Sinkronisasi

Namun, adanya poin-poin yang disampaikan Nadiem bukan berarti bahwa perubahan kemudian dapat dilakukan dengan mudah.

Saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (23/11/2019), Darmaningtyas menuturkan ada tantangan yang harus dihadapi untuk dapat melakukan perubahan yang diimbau oleh Nadiem.

"Tantangannya itu kalau antara dinas pendidikan, pengawas, kepala sekolah, dan guru itu tidak sejalan. Guru penginnya seperti yang dikehendaki oleh menteri, tapi pengawas masih berpedoman pada pola-pola kerja lama," jelas Darmaningtyas.

Ia mengatakan bahwa selama tidak ada sinkronisasi antara apa yang dimaui guru dan kemudian direstui oleh kepala sekolah, pengawas, dan dinas, perubahan tersebut tidak akan terwujud.

Menurut Darmaningtyas, selama masih ada pengawas, yang akan menjadi pengendali sekolah adalah pengawas.

"Pengawas itu yang saya rekomendasikan dulu, fungsinya lebih ke pembimbingan. Oleh karena itu, pengawas bukan ke administrasi administrator, tetapi substansi pembelajarannya. Itu yang bener, kalo mau meningkatkan mutu pendidikan," tuturnya.

Langkah Awal

Ia mengungkapkan beberapa langkah awal yang dapat diupayakan untuk mewujudkan perubahan yang disampaikan oleh Nadiem.

Baca juga: Habiskan Rp 1 M, Museum Pendidikan Surabaya Akan Diresmikan Risma Saat Hari Guru

"Ya langkah awal, ujian nasional harus dihapuskan. Yang kedua ya, benahi kurikulumnya, jangan terlalu banyak mata pelajaran yang membuat anak itu juga bosan. Mata pelajaran-mata pelajaran yang sifatnya pilihan mestinya lebih banyak diberikan," ungkap Darmaningtyas.

Menurutnya, mata pelajaran-mata pelajaran yang sudah ada harus disederhanakan.

"Jadi, yang wajib mungkin hanya beberapa. Dulu kalau yang saya usulkan ya, kalau SD itu ya membaca, menulis, berhitung. Jadi SD kelas 1 sampai 3 sebenarnya ya itu aja, membaca, menulis, berhitung, olahraga, kesenian. Baru kelas 4, baru mulai belajar matematika, ipa, gitu. Jadi itu harus disederhanakan," jelasnya.

Menurutnya, poin-poin Nadiem sebenarnya telah ada pada semangat perubahan kurikulum 2013, yaitu menciptakan sistem pembelajaran yang menyenangkan, murid lebih banyak bertanya daripada mendengarkan, guru bukan satu-satunya sumber pembelajaran, alam sekitar juga bisa jadi sumber pembelanjaran, dapat menjadi media pembelajaran.

"Tapi ya itu tadi, karena mata pelajarannya terlalu banyak, tuntutan administratif terlalu tinggi, akhirnya apa yang menjadi spirit 2013 itu tidak terwujud di lapangan," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com