"Ini menjadi menarik karena pada saat yang sama kita melihat partai politik tidak melakukan kaderisasi dengan baik. Itu terlihat dari minimnya anak muda di parlemen," kata Wijayanto kepada Kompas.com, Jumat (22/11/2019).
Wijayanto mengatakan jika keterwakilan anak muda di parlemen saat ini hanya 72 anak muda atau sekitar 12,5 persen.
Ia menanggapi bahwa anak muda yang ditunjuk Jokowi itu bukan anak muda biasa, tetapi memiliki prestasi di dunia masing-masing.
Baca juga: Seni Perlawanan Anak Muda di Balik Poster Lucu Pendemo
Meski demikian, penunjukan tujuh staf khusus milenial ini bukan berarti tidak memiliki sisi negatif.
Menurut Wijayanto, lingkaran istana dan kabinet Jokowi saat ini relatif besar.
Kehadiran milenial tersebut justru semakin mempergemuk pemerintah yang terdiri dari 34 menteri, 12 wakil menteri, dan 13 staf khusus.
"Sekarang kita melihat ada staf khusus, kita bisa bertanya apakah mereka benar-benar efektif atau hanya sebagai ornamen politik," ujar Wijayanto.
Ia mengatakan, jika ada bayang-bayang pesimisme terhadap kaum milenial tersebut.
Bukan tentang pesimisme karena mereka tidak kompeten, tetapi apakah benar pikiran-pikiran mereka nanti didengar oleh presiden dan dimanifestasikan dalam kebijakan-kebijakan yang produktif.
"Karena kita tahu kabinet sudah gemuk dan semua ingin punya peran di sana. Ketika kepentingan-kepentingan elit berseberangan dengan milenial ini tentu kita bisa menduga siapa yang akan menang," paparnya.
Kendati demikian, Wijayanto menunggu bagaimana presiden bisa memanfaatkan keberadaan para staf khusus milenial terhadap kebijakannya.
Baca juga: Segitiga Jokowi, Paloh dan Sohibul Iman, dari Sinyal Kedekatan hingga Kecurigaan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.