KOMPAS.com - Bintang sinetron Andriani Marshanda didiagnosis mengidap gangguan mental bipolar pada 2009.
Bipolar merupakan gangguan yang berhubungan dengan perubahan suasana hati, mulai dari posisi terendah depresif hingga tertekan ke posisi tertentu.
Pada awalnya, Marshanda pun mengaku tak mau menerima kenyataan bahwa ia mempunyai penyakit mental.
Bahkan, sosok ayah Marshanda sendiri juga mengalami penyakit serupa.
Lalu, apa itu bipolar? Bisakah bipolar disebabkan oleh faktor genetik?
Gangguan bipolar, juga dikenal sebagai penyakit manik-depresi, adalah gangguan otak yang menyebabkan perubahan suasana hati, energi, tingkat aktivitas, dan kemampuan yang tidak biasa untuk melakukan tugas sehari-hari.
Ada tiga jenis utama gangguan bipolar, yakni:
- Bipolar I
Jenis bipolar ini ditandai dengan adanya episode manik yang berlangsung setidaknya tujuh hari, atau oleh gejala manik yang begitu parah sehingga orang tersebut membutuhkan perawatan rumah sakit segera.
Biasanya, episode depresi berlangsung setidaknya dua minggu. Namun, bisa juga munculnya campuran episode depresi dan manik yang terjadi secara bersamaan.
- Bipolar II
Orang dengan jenis gangguan bipolar ini mengalami satu episode depresi besar yang berlangsung setidaknya dua minggu.
Mereka juga memiliki setidaknya satu episode hipomanik yang berlangsung sekitar empat hari.
Jenis gangguan bipolar ini dianggap lebih umum terjadi pada wanita.
- Cyclothymia
Penderita cyclothymia memiliki episode-episode hypomania dan depresi, dengan gejala yang lebih pendek dan kurang parah daripada mania dan depresi yang disebabkan oleh gangguan bipolar I atau bipolar II.
Kebanyakan orang dengan kondisi ini hanya mengalami satu atau dua bulan gejala pada saat suasana hati mereka stabil.
Baca juga: 5 Makanan yang Baik untuk Menurunkan Risiko Penyakit Jantung
Gangguan bipolar memang bisa disebabkan oleh faktor keturunan, tetapi faktor lingkungan juga bisa memicu terjadinya gangguan mental ini.
Kita juga bisa mengalami bipolar jika memiliki kondisi kesehatan mental lain, seperti depresi atau skizofrenia.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa risiko seumur hidup gangguan bipolar pada orang yang memiliki riwayat keluarga dengan penyakit ini adalah lima hingga 10 persen untuk kerabat dekat dan 40 hingga 70 persen untuk saudara kembar.
Namun, para ilmuwan tidak sepenuhnya memahami peran gen dalam gangguan bipolar.
Menurut National Institutes of Health (NIH), beberapa penelitian menunjukkan, penyimpangan dalam banyak gen juga meningkatkan peluang seseorang mengalami gangguan bipolar.
Jadi, kecenderungan genetik bukan satu-satunya hal yang memicu perkembangan penyakit ini. Faktor lingkungan turut berkontribusi seseorang mengalami bipolar.
Selain itu, hanya karena seseorang memiliki peluang lebih besar untuk mengalami gangguan bipolar, bukan berari mereka akan terus mengembangkan penyakit ini.
Baca juga: Mengenal Radang Otak, Penyakit yang Sebabkan Alfin Lestaluhu Meninggal
Selain faktor genetika, ada beberapa faktor lingkungan yang tampaknya berperan dalam memicu gangguan bipolar pada orang yang rentan, antara lain sebagai berikut:
1. Periode stres tinggi
Contoh kejadian stres yang dapat memicu gejala gangguan bipolar antara lain kematian keluarga, menjadi korban perkosaan, pelecehan, atau pengalaman traumatis lainnya.
2. Cedera kepala traumatis
Gegar otak atau jenis cedera otak lainnya dapat menyebabkan timbulnya gejala.
3. Penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan
Penyalahgunaan zat adalah penyebab umum yang memicu gangguan bipolar, dan kondisinya dapat memicu satu sama lain dalam beberapa kasus.
Minum alkohol dan menggunakan obat-obatan terlarang juga dapat memperburuk gejala mania dan depresi.
Baca juga: Mata Berwarna Kuning? Waspada Penyakit Kuning
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.