KOMPAS.com - Nama pengusaha tambang sekaligus politisi yang kini bernaung di bawah bendera PDI-P, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok memang selalu menarik untuk diberitakan.
Pria kelahiran Manggar berusia 53 tahun ini terkenal dengan sikap tegas dan ucapannya yang terkesan blak-blakan.
Tak hanya membuat Ahok terkenal, gaya bicaranya itu juga seringkali membuatnya bermasalah dengan berbagai pihak selama menjabat posisi di pemerintahan.
Bahkan, ia sempat menjadi tahanan karena tersandung kasus penistaan agama yang membuatnya harus mendekam dalam penjara selama kurang lebih 2 tahun.
Setelah lama tak terdengar di kancah pemberitaan nasional, kini bapak 3 anak ini ditawari menjabat di salah satu BUMN strategis.
Ahok terlihat mendatangi kantor Kementerian BUMN dan bertemu dengan sang menteri, Erick Thohir, Rabu (13/11/2019) siang.
Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan pun membenarkan Ahok akan masuk dalam salah satu BUMN yang bergerak di bidang energi.
Sebelum mendapatkan tawaran ini, Ahok tercatat sudah cukup lama berada di panggung pemerintahan baik sebagai eksekutif maupun legislatif, yakni sejak tahun 2004.
Awalnya, Ahok bergabung dengan Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PIB) dan menjadi ketua DPC Partai PIB Belitung Timur.
Bukan tanpa alasan, ia masuk ke dalam partai karena melanjutkan kariernya untuk maju dalam pemilihan anggota DPRD Belitung Timur untuk periode 2004-2009.
Ahok pun terpilih dan menjadi anggota dewan di tanah kelahirannya. Namun tak lama berselang ia maju mengikuti kontestasi pemilihan Bupati Belitung Timur pada tahun 2005.
Ahok bersama pasangannya, Khairul Effendi memenangkan pemilihan ketika itu dan resmi menjabat sebagai Bupati Belitung Timur untuk perioden 2005-2010.
Lagi-lagi tak bertahan lama, pada tahun 2006 Ahok menyerahkan jabatannya kepada sang wakil, karena ingin mengikuti pemilihan Gubernur Bangka Belitung di tahun 2007. Sayangnya, nasib baik tidak berpihak padanya.
Ia kalah dari sang rival, dan gagal menjadi Bangka Belitung 1.
Selang berapa waktu, Ahok kembali muncul mewakili daerahnya kali ini di kancah nasional. Ia terpilih untuk duduk di Senayan sebagai anggota DPR RI 2009-2014 dari Fraksi Partai Golkar dan ditempatkan di Komisi II.