Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Resmi Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional, Ini Profil Prof Dr Sardjito

Kompas.com - 08/11/2019, 17:52 WIB
Rosiana Haryanti,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pada tahun ini, pemerintah memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada enam orang tokoh.

Dari enam orang yang mendapatkan gelar tersebut, terselip nama Prof M Sardjito. Dia merupakan dokter yang jasanya dianggap sangat besar di bidang pendidikan.

Sadjito dikenal sebagai sosok yang berkontribusi dalam mempertahankan dan mengisi perjuangan kemerdekaan khususnya di bidang kesehatan serta pendidikan.

Dia merupakan perintis serta rektor pertama Universitas Gadjah Mada (UGM). Dia menduduki jabatan tersebut mulai dari tahun 1950 hingga tahun 1961.

Kemudian, Sardjito juga pernah menjabat sebagai Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) periode 1961 sampai 1970.

Baca juga: Dua Tokoh Asal Yogyakarta Akan Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional

Sebelum namanya diusulkan menjadi Pahlawan Nasional, pemberitaan arsip Harian Kompas, 9 November 1966 menyebutkan, Sardjito pernah menerima tanda penghargaan dari Men/Pangad yang disampaikan oleh Kepala Pusat Sejarah Militer Angkatan Darat (PUSSEMAD), Brigjen Sardjono atas jasanya dalam menyusun buku mengenai sejarah militer.

Dia juga pernah mendapatkan Bintang Jasa dari Presiden Soeharto pad atahun 1970.

Dokter dan peneliti

Sardjito merupakan putra dari seorang guru bernama Sajit. Ia lahir di Desa Purwodadi, Kabupaten Magetan, Jawa Timur pada 13 Agustus 1889. Pendidikan formalnya diselesaikan di Sekolah Belanda di Lumajang.

Setelah itu, dia melanjutkan studinya ke School tot Opleiding voor Indische Artsen (STOVIA) atau sekolah kedokteran bagi masyarakat pribumi waktu itu. Di tempat ini dia berhasil menyelesaikan pendidikannya pada tahun 1915.

Kemudian setelah lulus dari STOVIA, Sardjito bekerja sebagai dokter di Rumah Sakit Jakarta selama kurun waktu satu tahun. Dia lalu pindah ke Institut Pasteur Bandung hingga tahun 1920.

Sardjito juga pernah menempuh pendidikan di Belanda dengan disertasi berjudul Immunisatie togen baccilinire dysentrie door middal van de bacteriophaag anti dysentrial Shigakruse.

Sardjito juga pernah memperdalam pengetahuannya di Berlin serta John Hopkins University di Baltimore, AS pada tahun 1928-1924.

Ia lalu tertarik untuk melakukan penelitian ketika mengikuti tim penelitian khusus influenza di Institut Pasteur. Pada saat itu penyakit influenza memang sedang menjadi momok di masyarakat.

Sebagai seorang dokter sekaligus peneliti, Sardjito mencatatkan berbagai penemuan yang bermanfaat, seperti obat penyakit batu ginjal (calcusol) serta obat penurun kolesterol (calterol).

Baca juga: Ini Profil Singkat 6 Pahlawan Nasional Baru

Selain itu, dia juga berkontribusi dalam menciptakan vaksin anti infeksi untuk typus, kolera, disentri, staflokoken, dan streptokoken.

Bahkan saat masa revolusi kemerdekaan, Sardjito mencipatakan makanan ranasum bernama Biskuit Sardjito bagi para tentara pelajar yang sedang berjuang di medan perang.

Lebih lanjut, sebagai seorang peneliti, ia telah menerbitkan karya bersama dengan ahli paeontologi G.H.R von Koenigswald. Adapun publikasi tersebut berjudul The Occurence in Indonesia of Two Diseases Rhinoscleroma and Bilharziasis Japonica Whose Spread is Rooted Deep in the Past, seperti dikutip dari pemberitaan Kompas.com, 27 Februari 2018. 

Selain itu, ia juga menerbitkan lebih dari 10 karya ilmiah dalam berbagai bahasa antara lain Jerman, Inggris, dan Belanda.

Pejuang kemerdekaan

Selain dikenal sebagai seorang dokter dan peneliti, Sardjito juga ikut ambil bagian dalam perjuangan bangsa Indonesia.

Pasca-kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Sardjito memindahkan buku-buku milik sekolah tinggi kedokteran di Klaten dan Solo dengan menggunakan kereta api. Kemudian pada saat yang sama, Institut Pasteur berpindah ke Klaten.

Arsip pemberitaan Harian Kompas, 8 Mei 1970 menyebutkan, Sardjito bersama dengan Prof Sutarman, dokter Sanusmo, dan dokter Pudjodarmohusodo mendirikan Fakultas Kedokteran RI di Klaten dan Solo pada 5 Maret 1946.

Fakultas tersebut kemudian berkembang menjadi Universitas Gadjah Maada. Adapun Sardjito diangkat menjadi rektor pertama dan menduduki jabatan itu selama 12 tahun. Ia mengembuskan napas terakhir pada 5 Mei 1970 di usia 81 tahun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com