KOMPAS.com - Beberapa hari ini, media sosial diramaikan dengan adanya kisah yang dijuluki Layangan Putus.
Cerita tersebut mengisahkan tentang kondisi pasangan suami istri yang terpaksa berpisah karena adanya orang ketiga.
Kisah Layangan Putus tersebut menuai simpati dari warganet. Segera setelah mendapatkan atensi, netizen ramai-ramai membagikan cerita tersebut.
Bahkan viralnya kisah ini membuat banyak orang memercayai kisahnya hingga mencari tahu sosok laki-laki dan perempuan yang dituduh menjadi orang ketiga dalam hubungan tersebut.
Kejadian ini kemudian menimbulkan pertanyaan, mengapa banyak warganet yang terbawa emosi dengan kisah tersebut.
Padahal seperti diketahui, cerita itu belum diketahui kebenarannya. Menurut penelitian, banyak orang memiliki setidaknya pernah memercayai beberapa hal yang salah.
Baca juga: Kisah Layangan Putus dan Perdebatan Pelakor, Bukti Masyarakat Masih Bias Gender
Lantas mengapa orang mudah memercayai hal tersebut?
Melansir laman Psychology Today, salah satu penyebabnya adalah manusia secara rutin menggunakan jalan pintas mental untuk bisa memahami hal-hal yang terjadi di sekitar mereka.
Ini terjadi karena, manusia tidak memiliki waktu untuk menganalisis kebenaran kabar yang diterima dengan cermat.
Dengan demikian, manusia cenderung menggunakan aturan praktis yang cepat dan tidak disadari untuk menentukan apa yang harus dipercaya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.