KOMPAS.com - Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa jumlah karbon yang dilepaskan akibat hilangnya hutan tropis adalah 626 persen lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.
Umumnya, ketika para ilmuwan mengukur emisi karbon yang dilepaskan oleh hutan, mereka akan melihat adanya deforestasi.
Namun, dalam temuan terbaru yang dipublikasikan pada jurnal Science Advances, banyak hutan rusak karena beberapa penyebab yang belum pernah diperhitungkan.
Dikutip dari Independent, penebangan selektif yang merusak kesehatan hutan dan hilangnya hewan liar dari perburuan termasuk di antara penyebab kerusakan hutan.
Para ilmuwan juga mencermati jumlah karbon jika hutan terus berkurang.
"Kami mencermati area hutan yang terlewatkan ketika orang melihat hutan dalam hal perubahan iklim," kata Dr Tom Evans dari Wildlife Conservation Society (WCS).
Sebanyak 48 juta hektar dari total 549 juta hektar hutan tropis di dunia mengalami kerusakan antara tahun 2000 dan 2013.
Baca juga: Kebakaran Hutan Bercampur Angin, California Umumkan Keadaan Darurat
Dari 549 juta hektar tersebut, 20 persennya termasuk dalam hutan utuh (intact forest), yaitu hutan yang tak terjamah manusia.
Namun, hutan tersebut menyumbang 40 persen karbon yang ditemukan di semua hutan tropis.
Satu hal yang menjadi perhatian para ilmuwan adalah edge effect atau efek tepian.
Efek tepian adalah ketika hutan terfragmentasi, maka lebih banyak pohon yang terpapar ke tepi.
Wilayah tepi tersebut memiliki lebih sedikit perlindungan dari angin besar, kekeringan, dan kebakaran dari lahan pertanian.
"Sejumlah tekanan menyebar melalui area tepi tersebut. Hal itu diketahui dapat mengurangi jumlah karbon yang dapat dimiliki hutan. Pada akhirnya, Anda hanya memiliki tiga perangkat dari karbon yang Anda miliki sebelumnya," kata Dr Evans.
Salah satu bentuk tekanan yang memiliki dampak signifikan adalah hilangnya hewan liar dari perburuan.
"Banyak spesies pohon yang kaya akan bergantung pada hewan untuk penyebaran benih. Mereka memiliki benih besar sehingga membutuhkan hewan besar untuk menyebarnya," kata Dr Evans.
Baca juga: Saat Aktivis Greenpeace Protes Kebakaran Hutan dengan Panjat Patung