Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Gempa Bumi Terjang Mentawai, Ratusan Orang Meninggal

Kompas.com - 25/10/2019, 07:59 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

Tsunami berputar di tengah dusun itu dan menyapu cepat apa saja yang ada di atasnya ke arah laut sebelum datang lagi gelombang kedua.

Malam itu juga, ia berhasil menemukan istrinya di bawah batang sagu dalam keadaan selamat.

Namun, anak semata wayangnya yang baru berusia 3 tahun ditemukan terpisah dari ibunya dalam kondisi tak bernyawa.

Sementara itu, Chandra (20), salah seorang korban selamat lainnya menceritakan, ia tengah tertidur di rumahnya saat gempa terjadi. Hal itu sebagaimana diberitakan Harian Kompas, 29 Oktober 2010.

"Saya ingat, waktu bangun bergoyang-goyang. Lalu, saya dengar ada yang menyuruh lari karena takut ada tsunami," kata Chandra.

Menurutnya, ia selamat karena terjepit di antara batang pohon kelapa. Kemudian ada seorang laki-laki menghampirinya dan menyelamatkannya.

Baca juga: [HOAKS] Tsunami dan Gempa Besar Terjadi di Ambon

Ancaman Gempa Besar

Pakar Geologi dari Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Danny Hilman mengatakan, gempa tersebut berpotensi menjadi prekursor ke gempa lebih besar.

"Kelihatannya tinggal selangkah lagi ke klimaksnya. Mudah-mudahan masih hitungan tahun,
bukan hari, minggu, atau bulan," kata Danny, dikutip dari Harian Kompas, 27 Oktober 2010.

"Yang jelas, desakan pada 'Si Raksasa gempa Mentawai yang sudah matang itu' sudah semakin
tinggi," sambungnya.

Pusat gempa besar yang dimaksud Danny berada di bawah Siberut-Sipora-Pagai Utara.

Analisis tersebut berdasarkan penelitiannya terhadap fenomena kegempaan tektonik di Sumatera sejak 1990-an.

Berdasarkan data sejarah, menurut Dannya, tsunami besar pernah menerjang Padang, pada 1979 akibat gempa bermagnitude momen 8,4.

Penelitian lebih lanjut pada kondisi terumbu karang diketahui, terjadi tsunami kedua di tahun
1833 akibat gempa berkekuatan 9,0.

Pelepasan energi yang menimbulkan gempa besar akan diikuti proses penghimpunan kembali energi di tepi lempeng itu.

Jika tekanan antarlempeng terus-menerus berlangsung. Maka, gempa akan terjadi lagi sampai batuan di daerah itu tak mampu menahan tekanan.

Pola inilah yang dijadikan dasar untuk memprediksi periode kegempaan. Mereka memperkirakan, gempa besar diperkirakan bakal terjadi lagi pada 2033, pascagempa tahun 1833.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Gempa, Tsunami, dan Likuefaksi Menghantam Palu

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com