Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Gempa Bumi Terjang Mentawai, Ratusan Orang Meninggal

Kompas.com - 25/10/2019, 07:59 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hari ini 9 tahun yang lalu, gempa berkekuatan 7,2 skala Richter mengguncang
Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat pada 25 Oktober 2010.

Selang beberapa menit, gelombang Tsunami setinggi 1,5 meter menerjang wilayah Pulau Pagai Selatan, Pagai Utara, Kabupaten Mentawai, Sumatera Barat.

Mengenai tinggi gelombang, beberapa laporan bahkan menyebutkan tingginya mencapai 3 meter.

Akibatnya, 311 korban ditemukan tewas dan 426 korban lainnya hilang.

Harian Kompas, 27 Oktober 2010 memberitakan, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan, episentrum gempa berada di kedalaman 10 kilometer pada jarak 78 kilometer sebelah barat daya Pulau Pagai Selatan.

Sementara itu, Manajer Pusat Pengendalian Operasional Bencana Pemprov Sumbar Ade Edward
mengatakan jumlah pengungsi mencapai 637 keluarga atau sekitar 3.500 orang.

Upaya evakuasi pun tidak maksimal karena sulitnya akses transportasi menuju lokasi yang telah hancur.

Untuk menangani korban, pemerintah menetapkan tanggap darurat selama dua minggu.

Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Barat, 11 desa di Mentawai rusak parah akibat sapuan tsunami.

Salah satu wilayah yang terparah adalah Dusun Muntei. Dusun tersebut habis tersapu oleh
gelombang dan hanya menyisakan fondasi-fondasi rumah.

Baca juga: Gempa Magnitudo 5,6 Guncang Sulawesi Utara, Tak Berpotensi Tsunami

Kesaksian Warga

Dikutip dari pemberitaan Harian Kompas, 28 Oktober 2010, Iram Sababalat (26) warga Dusun
Muntei Baru Baru, Desa Betumonga, Kecamatan Pagai Utara, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat mengatakan, sebelum gempa dan tsunami terjadi, ia baru pulang ke rumahnya.

Malam itu, ia habis bertugas di sebuah penginapan yang biasa didatangi wisatawan asing.

Saat hendak tidur bersama istri dan anaknya, gempa dan tsunami tiba-tiba menggulung rumahnya. Tak ada kesempatan baginya untuk melarikan diri. Iram pun sempat pingsan.

Saat tersadar, ia menemukan dirinya sudah berada di atas pohon durian dan lari menyelamatkan diri ke dataran yang lebih tinggi sebelum datang
gelombang kedua.

"Gelombangnya melewati tinggi pohon kelapa," kata Iram dengan raut muka kosong.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com