KOMPAS.com – Wikipediawan Pencinta Bahasa Indonesia Ivan Lanin memberikan komentarnya terkait unggahan Politisi PDI-P Budiman Sudjatmiko yang menjadi kontroversi hingga saat ini.
Unggahan yang dibuat pada Senin (14/10/2019) itu membicarakan peran dua orang perempuan dalam bidan sosial, yakni Karin Novilda atau Awkarin dan Tri Mumpuni yang memiliki basis kerja berbeda.
Satu disebut berbuat kebaikan atas dasar sensasi, sementara yang lain disebut berlandaskan esensi.
Sejumlah pihak menyebut unggahan ini bermuatan pesan yang memperbandingkan kebaikan yang dilakukan satu perempuan dengan perempuan lain.
Lebih dari itu, unggahan Budiman juga dinilai merendahkan perempuan dengan membandingkan kerja satu perempuan dengan perempuan lainnya.
Baca juga: Dukung Awkarin, Para Aktivis Perempuan Kritik Twit Budiman Sudjatmiko
Sementara di pihak lain ada pula yang menyebut bahwa tulisan Budiman tidak ada yang perlu dipermasalahkan, karena dia mengakui kedua-duanya sebagai kebaikan.
Berikut bunyi pernyataan lengkap Budiman Sudjatmiko di akun Twitternya @budimandjatmiko.
“2 contoh kebaikan oleh 2 perempuan: 1. Awkarin & 2. Tri Mumpuni.. Yg pertama basisnya sensasi, yg ke 2 esensi. Kebaikan harus sensasional tp yg lebih penting juga esensial. Tak cukup salah 1. Budaya kita lebih suka yg pertama, meski tubuh kita butuh yg ke 2..,” tulis Budiman dalam sebuah utas.
Terkait riuhnya pro-kontra unggahan anggota DPR RI ini, Ivan Lanin menyampaikan pandangannya sebagai seseorang yang memiliki ketertarikan di bidang Bahasa Indonesia.
“Itu persepsinya Mas Budiman saja. Beliau berusaha bermain rima kata: sensasi vs esensi,” kata Ivan saat dihubungi Kompas.com, Selasa (15/10/2019) sore.
Penulis buku “Xe.no.glo.so.fi.lia” ini menyebut semua kata sesungguhnya tidak memiliki tendensi ke arah tertentu, baik itu negatif, maupun positif. Penilaian atas kata, atau kalimat sepenuhnya akan dikembalikan pada manusia yang membacanya.
“Kata itu netral. Tafsir manusia membuatnya memihak,” ujarnya.
Namun, jika dilihat kembali pesan yang dituliskan oleh Budiman Sudjatmiko, alumnus Magister Teknologi Informasi Universitas Indonesia ini menilai pesan itu memang bersifat multitafsir.
“Pesan itu memang multitafsir. Iya (semua tergantung tafsir pembaca). Saya duga beliau sengaja meliarkan tafsiran pembaca. Namun, itu tafsiran saya,” ujarnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.