Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Refleksi Gagalnya Kaderisasi Politik...

Kompas.com - 09/10/2019, 15:02 WIB
Vina Fadhrotul Mukaromah,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Majunya sejumlah anak pejabat di sejumlah Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) hingga wajah parlemen yang diisi muka-muka lama dinilai sebagai bentuk gagalnya kaderisasi politik.

Dosen Ilmu Politik Universitas Diponegoro (Undip) Wijayanto mengatakan refleksi gagalnya kaderisasi politik tersebut salah satunya muncul karena mahalnya biaya politik.

Hal ini sesuai dengan studi yang dilakukan oleh Dr. Ward Berenschot dan ED Aspinall (2019).

"Pemilu kita makin mahal karena money politic makin masiv. Pada gilirannya nanti akan melahirkan praktik korupsi yang makin masif," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Rabu (9/10/2019).

Saat disinggung terkait putra Jokowi, Gibran Rakabuming Raka yang terjun ke politik dan masuk menjadi anggota PDI-P, imbuhnya jelas menggambarkan adanya refleksi gagalnya kaderisasi politik.

"Karena anak muda yang masuk politik tidak hanya kerabat elit namun juga sedikit sekali jumlahnya," katanya lagi.

Widiyanto memaparkan jumlah caleg muda berusia 40 tahun ke bawah, saat ini masih minim hanya 72 orang dari 575 anggota DPR, atau 12, 5 persen tergolong muda.

Prosentase tersebut turun dibandingkan dengan periode sebelumnya 2014-2019 yang mencapai 92 orang, dari 560 anggota DPR atau 16,4 persen.

"Selain itu, dari 72 caleg muda yang terpilih sebanyak 50 persen diduga merupakan bagian dari politik kekerabatan. Sebanyak 35 caleg dari 72 caleg muda itu diduga mempunyai relasi kekerabatan dengan elite politik di daerah ataupun nasional," ujar dia.

Baca juga: Ketika Dinasti Politik Semakin Menguat...

Modal jaringan luas

Lantaran faktor mahalnya biaya politik, maka anak-anak muda yang ingin terjun ke politik dengan hanya berbekal idealisme semata pasti akan terhempas.

Hal ini berbeda dengan anak-anak pejabat. Pertama mereka sudah mempunyai modal besar dan jika tidak mempunyai, maka yang bersangkutan mempunyai modal jaringan luas dari elit kerabatnya tersebut.

"Harus saya katakan juga, masyarakat kita masih memiliki literasi politik yang rendah. Mereka misalnya biasa saja menerima uang dalam pemilu, bahkan malah meminta. Padahal itu punya dampak 5 tahun ke depan," paparnya.

Sebelumnya, hasil survei Unisri Solo pada Juli 2019 menempatkan nama Gibran Rakabuming Raka dan Kaesang Pangarep dalam bursa calon wali kota Solo.

Popularitas Gibran dan adiknya, Kaesang disebut menyamai Wakil Wali Kota Solo Achmad Purnomo.

Bahkan popularitas kedua anak Presiden Joko Widodo mengalahkan popularitas orang ketiga di Kota Solo yaitu Ketua DPRD Teguh Prakosa. Popularitas Kaesang 86 persen, di atas Teguh yang bertengger di 49 persen.

Berawal dari survei tersebut, Gibran pun akhirnya mendaftar kader PDI-P.

Ia mendatangi Kantor DPC PDI-P Kota Surakarta, Senin (23/09/2019). Selain untuk menyerahkan berkas kartu tanda anggota (KTA), ia juga menanyakan pendaftaran calon wali kota dari PDI-P.

Melansir dari pemberitaan Kompas.com (24/09/2019), Gibran berencana mencalonkan diri sebagai calon Wali Kota Solo Tahun 2020.

Ia mengatakan akan mengikuti arahan dan keputusan partai atas pencalonan dirinya maju dalam bursa Pilkada Solo 2020 dari PDI-P.

Keputusan ini cukup mengejutkan karena dulu Gibran cenderung lebih senang berkarir di bidang bisnis.

Baca juga: Benarkah Ada Bayaran Buzzer Politik di Indonesia?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

7 Jenis Obat Potensial Tingkatkan Risiko Anemia Aplastik, Tak Boleh Dipakai Sembarangan

7 Jenis Obat Potensial Tingkatkan Risiko Anemia Aplastik, Tak Boleh Dipakai Sembarangan

Tren
Resmi, Ada 26.319 Lowongan Kerja untuk PPPK dan CASN Kementerian PUPR 2024

Resmi, Ada 26.319 Lowongan Kerja untuk PPPK dan CASN Kementerian PUPR 2024

Tren
Unas Bentuk Tim Pencari Fakta Selidiki Dugaan Pencatutan Nama oleh Kumba Digdowiseiso

Unas Bentuk Tim Pencari Fakta Selidiki Dugaan Pencatutan Nama oleh Kumba Digdowiseiso

Tren
Kenali Waktu Terbaik dan Terburuk untuk Minum Air Kelapa

Kenali Waktu Terbaik dan Terburuk untuk Minum Air Kelapa

Tren
Terbaru, 40.839 Lowongan Kerja untuk PPPK dan CASN Kemensos 2024

Terbaru, 40.839 Lowongan Kerja untuk PPPK dan CASN Kemensos 2024

Tren
Orang yang Langsung S2 Setelah Sarjana Disebut Minim Performa Kerja, Pengamat Buka Suara

Orang yang Langsung S2 Setelah Sarjana Disebut Minim Performa Kerja, Pengamat Buka Suara

Tren
Ini Alasan Mengapa Perempuan Tak Boleh Tidur 2 Jam Setelah Melahirkan Normal

Ini Alasan Mengapa Perempuan Tak Boleh Tidur 2 Jam Setelah Melahirkan Normal

Tren
Kumpulan Twibbon dan Ucapan Hari Kartini 21 April 2024

Kumpulan Twibbon dan Ucapan Hari Kartini 21 April 2024

Tren
5 Bahaya Menahan Kentut, Bisa Keluar dari Mulut

5 Bahaya Menahan Kentut, Bisa Keluar dari Mulut

Tren
Mengenal Tinitus, Kondisi Ketika Telinga Berdenging, Apa Penyebabnya?

Mengenal Tinitus, Kondisi Ketika Telinga Berdenging, Apa Penyebabnya?

Tren
Psikiater Nutrisi Ungkap 5 Sarapan Favorit, Bantu Siapkan Otak dan Mental Seharian

Psikiater Nutrisi Ungkap 5 Sarapan Favorit, Bantu Siapkan Otak dan Mental Seharian

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 20-21 April 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 20-21 April 2024

Tren
[POPULER TREN] Manfaat Air Kelapa Murni Tanpa Gula | Israel Serang Iran

[POPULER TREN] Manfaat Air Kelapa Murni Tanpa Gula | Israel Serang Iran

Tren
Seorang Pria Ditangkap di Konsulat Iran di Perancis, Ancam Ledakkan Diri

Seorang Pria Ditangkap di Konsulat Iran di Perancis, Ancam Ledakkan Diri

Tren
Syarat dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 66, Bisa Dapat Insentif Rp 600.000

Syarat dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 66, Bisa Dapat Insentif Rp 600.000

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com