Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada 100 Plastik dalam Perutnya, Bayi Kura-kura Ini Mati Kelaparan

Kompas.com - 07/10/2019, 20:33 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Seekor bayi kura-kura yang ditemukan sekarat di Pantai Florida membawa 100 potong plastik di perutnya.

Dikutip dari CNN (5/10/2019), bayi kura-kura itu merupakan satu dari belasan anak kura-kura yang mati kelaparan setelah memakan mikroplastik di laut tahun ini.

The Gumbo Limbo Nature Centre telah mengunggah temuan itu di akun Facebook-nya beserta dengan potongan plastik yang ditemukan di perutnya setelah mati.

Seorang asisten rehabilitasi kura-kura Emily Mirowski mengatakan kepada CNN, kura-kura yang memiliki ukuran tubuh kecil itu terlihat lemah dan kurus saat ditemukan.

Setelah mati, Mirowski membedah bayi kura-kura itu dan menemukan perutnya penuh dengan plastik, mulai dari balon hingga label botol.

Baca juga: Seratus Bayi Kura-kura Raksasa Dicuri dari Kepulauan Galapagos

"Itu sangat menyedihkan, tapi pemandangan seperti itu telah kita jumpai dalam beberapa tahun terakhir," kata Mirowski.

"Kami merasa senang banyak orang yang bisa melihat gambar ini. Kami berharap itu akan dapat menumbuhkan kesadaran bagi setiap orang," lanjutnya.

Ketika bayi kura-kura menetas antara bulan Maret dan Oktober setiap tahunnya, mereka akan mengambang menuju rumput laut yang disebut sargassum.

Sargassum merupakan tempat bayi kura-kura itu hidup selama beberapa tahun pertama.

Menurut Mirowski, pangkal masalah tersebut adalah banyaknya plastik yang tersebar di lautan.

Hal itu kemudian menyebabkan mikroplastik menempel pada berbagai jenis tanaman laut, seperti rumput laut yang menjadi makanan bayi kura-kura.

Plastik yang ada dalam perut kura-kura membuat mereka terus merasa kenyang.

Karenanya, mereka pun tidak mendapatkan pasokan nutrisi yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup.

Kondisi itu pun seperti yang dialami oleh bayi kura-kura itu yang terlihat kurus dan lemah.

"Kami memberi mereka sedikit cairan setiap hari agar mereka tidak dehidrasi, sehingga harapan kami mereka bisa melepas plastik itu secara alami," kata Mirowski.

"Yang terpenting adalah membuat mereka terhidrasi untuk mengembalikan nafsu makan mereka kembali," sambungnya.

Mirowski menegaskan bahwa masalah ini tidak akan berhasil sampai semua orang berhentik membeli plastik dan membuangnya secara sembarangan.

"Tak hanya cukup dengan mendaur ulang, tetapi juga menghilangkan plastik dari kehidupan sehari-hari," ujar Mirowski.

"Setiap plastik yang pernah dibuat, masih ada di luar sana. Tidak pernah hilang, itu hanya terurai menjadi potongan-potongan kecil," tutupnya.

Baca juga: Polusi Merkuri Picu Rendahnya Kelahiran Kura-kura Betina

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Eks ART Menggugat, Ini Perjalanan Kasus Mafia Tanah yang Dialami Keluarga Nirina Zubir

Eks ART Menggugat, Ini Perjalanan Kasus Mafia Tanah yang Dialami Keluarga Nirina Zubir

Tren
Mengintip Kecanggihan Dua Kapal Perang Rp 20,3 Triliun yang Dibeli Kemenhan

Mengintip Kecanggihan Dua Kapal Perang Rp 20,3 Triliun yang Dibeli Kemenhan

Tren
Cara Menurunkan Berat Badan Secara Sehat ala Diet Tradisional Jepang

Cara Menurunkan Berat Badan Secara Sehat ala Diet Tradisional Jepang

Tren
10 Manfaat Minum Air Kelapa Murni Tanpa Gula, Tak Hanya Turunkan Gula Darah

10 Manfaat Minum Air Kelapa Murni Tanpa Gula, Tak Hanya Turunkan Gula Darah

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 19-20 April 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 19-20 April 2024

Tren
[POPULER TREN] Status Gunung Ruang Jadi Awas | Kasus Pencurian dengan Ganjal ATM

[POPULER TREN] Status Gunung Ruang Jadi Awas | Kasus Pencurian dengan Ganjal ATM

Tren
Menlu Inggris Bocorkan Israel Kukuh akan Respons Serangan Iran

Menlu Inggris Bocorkan Israel Kukuh akan Respons Serangan Iran

Tren
Erupsi Gunung Ruang pada 1871 Picu Tsunami Setinggi 25 Meter dan Renggut Ratusan Nyawa

Erupsi Gunung Ruang pada 1871 Picu Tsunami Setinggi 25 Meter dan Renggut Ratusan Nyawa

Tren
Menelisik Video Prank Galih Loss yang Meresahkan, Ini Pandangan Sosiolog

Menelisik Video Prank Galih Loss yang Meresahkan, Ini Pandangan Sosiolog

Tren
'Tertidur' Selama 22 Tahun, Ini Penyebab Gunung Ruang Meletus

"Tertidur" Selama 22 Tahun, Ini Penyebab Gunung Ruang Meletus

Tren
Tidak Menghabiskan Antibiotik Resep Dokter Bisa Sebabkan Resistensi, Ini Efek Sampingnya

Tidak Menghabiskan Antibiotik Resep Dokter Bisa Sebabkan Resistensi, Ini Efek Sampingnya

Tren
Video Burung Hinggap di Sarang Semut Disebut untuk Membersihkan Diri, Benarkah?

Video Burung Hinggap di Sarang Semut Disebut untuk Membersihkan Diri, Benarkah?

Tren
Membandingkan Nilai Investasi Apple di Indonesia dan Vietnam

Membandingkan Nilai Investasi Apple di Indonesia dan Vietnam

Tren
Penyebab dan Cara Mengatasi Kulit Wajah Bertekstur atau “Chicken Skin”

Penyebab dan Cara Mengatasi Kulit Wajah Bertekstur atau “Chicken Skin”

Tren
Benarkah Pertalite Dicampur Minyak Kayu Putih Bisa Menaikkan Oktan?

Benarkah Pertalite Dicampur Minyak Kayu Putih Bisa Menaikkan Oktan?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com