KOMPAS.com - Salah satu perusahaan Indonesia PT Anugerah Indofood Barokah Makmur (AIBM) memutuskan untuk tidak melanjutkan kontrak dengan produsen minuman berkabonisasi asal AS, PepsiCo pada Kamis, (10/10/2019) mendatang.
Alhasil, sejumlah gerai makanan cepat saji, seperti KFC, Pizza Hut dan lainnya mau tidak mau mengganti Pepsi dengan minuman soda lain.
Seperti yang kita ketahui, Pepsi merupakan salah satu brand minuman bersoda yang disediakan di beberapa resto fast food.
Menyoal minuman berkarbonasi, berikut 5 fakta yang perlu diketahui tentang soda.
Baca juga: Pepsi Pamit, Jangan Khawatir Masih Ada 5 Soda Asli Indonesia
Ketika kita meminum soda, kemudian perut kita merasa bergejolak dan mengindikasikan akan keluar gas dari perut, misalnya dengan bersendawa.
Dilansir dari Live Strong, tindakan sendawa setelah meminum minuman bersoda merupakan penanda mekanisme tubuh sedang bekerja melepaskan kelebihan gas dalam sistem pencernaan.
Ketika kita makan atau minum, maka tidak hanya olahan makanan atau air saja yang masuk dalam tubuh, tetapi udara yang mengandung nitrogen dan oksigen juga ikut masuk.
Sama halnya jika kita meminum soda. Saat minuman karbonisasi itu diminum, maka karbon dioksida akan masuk dalam tubuh.
Semakin banyak soda yang diminum dan semakin cepat intensitas kita minum soda, maka akan meningkatkan jumlah udara dan gelembung karbon dioksida yang masuk.
Alhasil, tubuh harus segera mengeluarkannya, salah satunya dengan bersendawa.
Sementara itu, satu kaleng soda diketahui mengandung kadar gula yang tinggi, yakni setara dengan 10 sendok teh gula.
Adapun jika asupan gula yang terlalu banyak dapat mengakibatkan lonjakan gula darah, dan bahkan berimbas paad reaksi insulin pada tubuh.
Akibatnya, kita tidak dapat menghindari efek yang terjadi pada tubuh jika kita mengonsumsi soda dalam jumlah banyak, yakni naiknya berat badan, diabetes, dan penyakit lainnya.
Minuman bersoda juga mengandung sirup jagung tinggi fruktosa yang menyebabkan produksi radikal bebas dan kerap dikaitkan dengan kerusakan jaringan, diabetes, dan komplikasi diabetes.
Adapun sebuah studi terhadap sample 1.550 orang, menemukan bahwa mereka yang mengonsumsi soda memiliki 41 persen risiko kelebihan berat badan (obesitas).