Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Aksi Mahasiswa, Pengamat: Presiden Memihak Siapa?

Kompas.com - 01/10/2019, 06:50 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Aksi demo yang dilakukan oleh pelajar dan mahasiswa terkait penolakan terhadap revisi UU KPK dan RKUHP kembali terjadi, Senin (30/9/2019).

Selain di Jakarta, aksi unjuk rasa dari elemen mahasiswa di Bandung juga berlangsung ricuh.

Sekitar pukul 17.10 WIB, massa gabungan dari elemen mahasiswa di Bandung terlibat gesekan dengan aparat keamanan yang berada di gedung DPRD Jabar.

Kericuhan pun terjadi setelah para demonstran merobohkan pagar gedung DPRD Jabar.

Tak hanya Jakarta dan Bandung, aksi turun ke jalan juga kembali dilakukan oleh elemen mahasiswa di Jogja, Solo dan lainnya pada Senin (30/9/2019).

Menanggapi berlanjutnya aksi demo pelajar dan mahasiswa tersebut, pengamat sosial Drajat Tri Kartono menegaskan aksi demo kali ini merupakan aksi rakyat melawan negara.

"Ini kan yang jadi masalah sekarang adalah state lawan society. Kebetulan negara ini agak kompak antara eksekutif dan legislatif," kata Drajat kepada Kompas.com, Senin (30/9/2019).

Adapun di tingkat society, masyarakat yang biasanya terpecah berdasarkan kelas ekonomi, kepentingan politik dan daerah, saat ini banyak memiliki pandangan sama karena isu yang diangkat.

"Nah, kalau yang saya lihat isu yang dibahas kan isu besarnya korupsi dan RKUHP. Dua ini kan isunya bukan isu kelas, tapi moralitas," ujarnya.

"Bagaiamana korupsi itu menjadi musuh bersama selama ini yang menurut masyarakat ini kaya dilindungi dengan berbagai undang-undang ini," lanjut dia.

Baca juga: Tanggapi Menristek Dikti, Rektor UMM: Mahasiswa Sudah Kritis

Negara terlalu lamban

Menurutnya, negara terlalu lamban dalam merespons tuntutan publik.

"Biasanya Pak Jokowi dan segala menterinya ini punya cara-cara halus dalam menyelesaikan masalah. Saya melihat negara agak lambat merespons," ujar dia.

Pria yang juga mengajar di Fakultas Sosiologi UNS ini menyayangkan tidak adanya langkah sistematis dari pemerintah yang membuat Presiden sebagai penyelesai masalah.

"Sekarang (pemerintah) seakan terpecah-pecah, mungkin karena mau pergantian menteri ini," katanya lagi.

Akibat tidak adanya tindakan jelas, maka membuat masalah yang ada menjadi berkepanjangan dan akhirnya mendapat simpati kolektif dari masyarakat.

"Yang dibutuhkan saat ini adalah perubahan negara dan kepastian presiden memihak siapa," paparnya.

Baca juga: Viral Mahasiswi UNJ Meninggal karena Gas Air Mata, Ini Faktanya...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com