KOMPAS.com - Nama Pius Lustrilanang menjadi satu dari lima pimpinan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terpilih periode 2019-2024.
Pius memperoleh suara terbanyak dengan 43 suara, mengalahkan beberapa nama lama, seperti Achsanul Qosasih (31 suara) dan Harry Azhar Aziz (29 suara).
Wakil Ketua Komisi XI DPR Juliari P Batubara mengatakan pihaknya telah menggelar uji kelayakan dan kepatutan atau fit and proper test terhadap calon anggota BPK dan telah mengambil keputusan pada 25 September 2019.
Lalu siapakan Pius Lustrilanang ini?
Harian Kompas, 12 Februari 1998 memberitakan, Pius Lustrilanang merupakan aktivis 98 dari Aliansi Demokrasoi Rakyat (Aldera).
Di bawah rezim Orde Baru, Pius pernah diculik bersama dengan Desmond J Mahesa (Direktur LBH Nusantara) pada 4 Februari 1998.
Hilangnya Pius berkaitan erat dengan aktivitas mereka.
Setelah dibebaskan pada 26 April 1998, Pius pun membeberkan apa yang dialaminya selama menghilang dua bulan.
Dikutip dari Harian Kompas, 29 April 1998, Pius menceritakan bahwa ia diculik oleh sekelompok orang tak dikenal di depan RSCM Jakarta.
Selama dua bulan, ia disekap dalam sel dan disiksa.
Meski ia sempat berjumpa dengan beberapa aktivis lainnya dalam penyekapan, Pius tak bisa mengidentifikasi siapa yang menculik, menyekap, dan memeriksanya.
Kesaksiannya itu ia berikan di depan anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) dan puluhan wartawan.
Baca juga: Efek Karhutla Makin Meluas, Ini Pesan Aktivis Lingkungan Asal Perancis
Harian Kompas, 5 April 2005 memberitakan, nama Pius Lustrilanang juga pernah menjadi salah satu Pimpinan Kolektif Gerakan Pembaruan PDI-P.
Gerakan ini menilai pelaksanaan Kongres II PDI-P di Bali cacat hukum karena melanggar anggaran dasar/anggaran rumah tangga (AD/ART).
Gerakan tersebut bukanlah DPP PDI-P tandingan, tetapi bertujuan untuk menyelamatkan partai dan tidak ditargetkan untuk berhadapan dengan DPP DPI-P hasil kongres II di Bali.