Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demo Mahasiswa, Melihat Potensi Kaum Muda sebagai Agen Perubahan

Kompas.com - 25/09/2019, 05:45 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi


KOMPAS.comDemo mahasiswa yang terjadi beberapa hari terakhir menunjukkan bahwa kaum muda selalu memiliki kekuatan untuk mengubah sesuatu, termasuk perkara pemerintahan. Momentum keberhasilan anak muda di Indonesia bisa terlihat pada reformasi 1998 lalu.

Selain memiliki energi meluap-luap, kaum muda dilabeli sebagai kelompok usia yang masih memiliki semangat dan idealisme yang begitu kuat.

Bahkan, dalam teori-teori klasik organisasi kaum muda ini kerap disebut sebagai pembawa agen perubahan atau agent of chance.

Tak heran, sejumlah perubahan besar berhasil dicapai berkat upaya gerakan dan kebulatan suara yang diteriakkan oleh mereka.

Tak hanya di Indonesia, kekuatan kaum muda juga terlihat di berbagai belahan dunia. Salah satu contohnya baru saja terjadi hari kemarin di Amerika Serikat.

Seorang aktivis lingkungan muda asal Swedia bernama Greta Thunberg (16) secara gamblang melakukan pengaduan hukum pada Majelis Umum PBB terkait 5 negara yang dipandangnya melanggar perjanjian tentang emisi gas.

Baca juga: Kronologi Demo Mahasiswa yang Ricuh di DPR, Pedih Gas Air Mata hingga Malam...

Tanpa rasa takut, ia dengan yakinnya menyebut saat ini banyak orang mengabaikan kelestarian lingkungan demi kepentingan bisnis dan politik semata. Orang-orang banyak mengaku menaruh peduli, namun semua itu tak ubahnya bualan belaka.

“Kalian telah merenggut mimpiku, masa kecilku dengan omong kosongmu. Kami tidak akan membiarkanmu lari. Di sini, saat ini, kita harus menghentikannya,” kata Greta, Senin (23/9/2019) dikutip dari Forbes.

Laporannya pun diterima oleh Komite PBB dan akan ditindaklanjuti.

Aktivis lingkungan Greta Thunberg (16), asal Swedia, berbicara dalam KTT Perubahan Iklim di Markas PBB, New York, Senin (23/9/2019).AFP / SPENCER PLATT Aktivis lingkungan Greta Thunberg (16), asal Swedia, berbicara dalam KTT Perubahan Iklim di Markas PBB, New York, Senin (23/9/2019).

Keberanian yang sama juga pernah tercermin dari para pemuda dalam negeri ketika bersama-sama meruntuhkan rezim orde baru pada era 98-99 lalu.

Ribuan mahasiswa yang datang dari berbagai perguruan tinggi menyampaikan pendapatnya dengan menggelar aksi demo di Jakarta hingga akhirnya berhasil menggulingkan Soeharto yang ketika itu sudah berkuasa selama 32 tahun.

Tuntutan mereka terpenuhi meskipun sejumlah nyawa mahasiswa jatuh sebagai korban.

Beberapa hari terakhir, kekuatan pemuda itu kembali terlihat dari rentetan unjuk rasa yang digelar lagi-lagi oleh para mahasiswa menentang sejumlah kebijakan pemerintah yang dinilai tidak berpihak pada rakyat kecil dan keadilan.

Meskipun belum menemui hasil terang, akan tetapi kegigihan mereka untuk menyuarakan aspirasi masyarakat belum juga luntur.

Baca juga: Demo Mahasiswa di Berbagai Daerah, Bukti Kesadaran Politik Tinggi?

Mereka menjadi saluran bagi masyarakat luas yang tidak memiliki kemampuan untuk berontak dan berteriak akan kondisi negara yang dipandang tengah dalam kondisi 'tidak sehat'.

Hal ini membuktikan, kita tidak bisa meremehkan kekuatan yang dimiliki oleh kaum muda dengan segala idealisme, keberanian, dan kegigihannya.

Meskipun mereka minim dalam hal pengalaman, namun mereka kaya akan gagasan yang tidak dimiliki generasi lainnya.

Merangkum dari artikel berjudul "7 Times in History When Students Turned to Activism" di New York Times, kebanyakan aksi mahasiswa di sejarah dunia mendapat hasil memuaskan. Meski tidak memungkiri bahwa ada beberapa aksi yang justru berujung dengan kericuhan brutal.

Walaupun tak selalu mendapatkan hasil yang memuaskan, tapi satu hal yang dicatat oleh penulis artikel tersebut, Maggie Astor, bahwa gerakan para mahasiswa ini umumnya bersatu menjadi gerakan yang lebih luas dan masif.

Hari-hari terakhir ini, kita pun melihat fenomena tersebut di Indonesia. Demo mahasiswa mulai muncul di berbagai daerah dengan jumlah peserta ribuan.

Tak tanggung-tanggung, massa juga kemudian berkumpul di depan gedung DPR untuk menyuarakan aksinya.

Matthew Green dalam karyanya berjudul "Too Young to Vote, Old Enough to Take Action: A Brief History of Powerful Youth-Led Movements" juga pernah membahas fenomena ini.

Baca juga: Polisi Bubarkan Paksa Demo Mahasiswa di Bandung

Green menuliskan, faktanya meski dalam beberapa sejarah, peserta aksi yang masih muda untuk melakukan pilihan politik tapi mereka telah membantu gerakan sosial dan politik yang penting.

Profesor di Universitas Oklahoma, Kathryn Schumaker juga sempat menuliskan di Washington Post bahwa aktivis mahasiswa telah lama mengambil risiko tindakan disipliner atau dapat dibilang "memaksa" pemerintah melakukan dialog tentang keadaan bangsa yang akan mereka warisi di masa depan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com