Hujan buatan juga tergantung keberadaan awan, arah angin bergerak, serta kecepatannya.
“Namun, kondisi sekarang hujan di mana pun akan berdampak secara signifikan pada pengurangan kebakaran hutan. Minimal, hujan bisa mencegah terjadinya kebakaran-kebakaran baru,” kata Seto.
Seto menjelaskan, setiap hari BPPT berkoordinasi dengan BMKG untuk terus melaksanakan upaya hujan buatan.
“Kami di lapangan setiap hari mengupayakan untuk adanya hujan buatan. Harapannya sekitar 1-2 minggu ke depan selesai,” kata dia.
Adapun secara lebih rinci proses modifikasi cuaca ini dimulai dengan memonitor cuaca.
Baca juga: Hujan Buatan Turun di Meranti, Percepat Pemadaman Karhutla
Pemonitoran tersebut dilaksanakan oleh BPPT dibantu BMKG dengan menggunakan alat seperti radar cuaca.
Selain itu, ada pula orang-orang yang di tempatkan di beberapa daerah untuk memantau awan.
Jika awan sudah terbentuk, selanjutnya bahan semai disiapkan, untuk kemudian diterbangkan dengan pesawat TNI AU CN295.
Bahan semai sendiri merupakan garam yang diperlakukan khusus sesuai standar.
Standar itu di antaranya harus memiliki tingkat kekeringan dan kehalusan yang sesuai.
Selanjutnya, setelah garam disemai, maka akan terus dilakukan pemantauan menggunakan monitor untuk mengamati hasil persemaiannya.
Jika jumlah awan cukup, maka hasil semai akan menjadi hujan dalam hitungan puluhan menit hingga beberapa jam setelah itu.