Ia meninggal dunia pada 14 Desember 1988 dalam usia 45 tahun karena serangan jantung.
Diberitakan Harian Kompas, 15 Desember 1988, Wiyoto mendapatkan serangan jantung saat akan menghadiri penawaran obligasi PT Jasa Marga ke VI di Ruang Pertemuan Bursa Komoditi, Gedung Bursa, Jakarta.
Wiyoto sebenarnya sudah berangkat untuk menghadiri acara itu, tetapi karena merasa pusing, ia kembali ke rumah.
Ia sempat dibawa ke Rumah Sakit Pertamina, tetapi nyawanya tak tertolong. Wiyoto dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan.
Ia meniggalkan seorang istri dan empat anak, satu laki-laki dan 3 perempuan.
Pemberian nama Wiyoto Wiyono sebagai nama tol Cawang-Priok merupakan penghormatan atas dedikasinya dalam pembangunan tol ini sejak awal hingga akhir hayatnya.
Proyek ini juga menjadi kebanggan baginya.
Harian Kompas, 18 April 1979, menuliskan, Wiyoto menganggap pembangunan jalan layang di ibu kota adalah sebuah keharusan.
Menurut dia, jika pembangunan itu tidak dilakukan maka kemacetan di Jakarta akan semakin memburuk.
Baca juga: Mushala Bergaya Oriental di Kolong Tol Wiyoto Wiyono Akan Dijadikan Destinasi Wisata
Jembatan layang Cawang atau dikenal dengan Cawang Interchange dirancang menjadi tol intra urban.
Pembangunan tol ini memakan biaya sekitar Rp 291 miliar dengan masa pengerjaan selama 776 hari.
Namun, Wiyoto tak sempat melihat tol kebanggaannya itu diresmikan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.