Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berita Seks dan Video Porno Banyak Dibaca, Mengapa Orang Tertarik?

Kompas.com - 08/09/2019, 21:28 WIB
Retia Kartika Dewi,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pemberitaan mengenai pemerkosaan dan penyebaran video porno atau mesum yang beredar di media sosial cenderung menarik banyak pembaca di setiap kalangan.

Tidak sedikit warganet yang membaca lantas menanyakan link video atau sumber konten tersebut.

Menanggapi tingginya respons masyarakat atas pemberitaan seksual ini, psikolog asal Solo, Hening Widyastuti mengatakan bahwa sesuatu yang menyangkut isu seks masih dianggap tabu untuk dibicarakan dalam publik.

Hal inilah yang menurutnya menjadi pemantik orang-orang ingin mencari tahu hingga timbul rasa penasaran.

Baca juga: Terungkap, Ini Alasan Sebenarnya Mia Khalifa Terjun sebagai Bintang Porno

"Awalnya (obrolan seksual) dianggap tabu dan dilarang. Sesuatu yang dilarang biasanya membuat kita untuk segera mencari tahu dengan coba-coba dan selanjutnya ketagihan untuk mencari berita-berita seputar seks," ujar Hening saat dihubungi Kompas.com pada Minggu (8/9/2019).

Menurutnya, video seks atau mesum banyak beredar karena banyaknya permintaan pasar di masyarakat, walaupun video itu tergolong ilegal atau selundupan.

"Industri seks murahan seperti ini merambah ke segala kalangan baik berupa video mesum, direkam secara sadar oleh orang, kemudian dedarkan melalui situs pembagi video," ujar Hening.

Hening mengungkapkan, para pengepak/bandar video mesum memiliki jaringan tersembunyi yang tujuannya dilakukan demi mendapatkan uang.

Tindakan ini dikhawatirkan dapat diakses oleh semua kalangan, apalagi dengan nominal yang tidak terlalu tinggi untuk berlangganan video tersebut.

Kecanduan video mesum

Saat masyarakat bebas dan dengan mudah mengakses situs porno, ia akan terlena hingga dikategorikan kecanduan video porno.

Dampak yang terjadi jika orang sudah kecanduan dengan hal porno, yakni menimbulkan gangguan sebagian sel-sel saraf otak tertentu dan menurunkan kreativitas untuk berpikir jernih.

"Jika remaja yang mengakses video porno, dimungkinkan mereka akan malas belajar, tidak adanya dorongan kompetisi prestasi di sekolah, dan kegiatan positif lainnnya," ujar Hening.

Tidak hanya itu, dampak lainnya yang secara tidak langsung terjadi, yakni meningkatkan kasus pelecehan seksual dan pemerkosaan dini pada anak sekolah.

Bahkan, terdapat kasus pembunuhan sadis terkait korban pemerkosaan.

Hening menjelaskan, bila terjadi pemerkosaan di mana korban menolak melakukan persetubuhan, pelaku akan mencari cara untuk memuaskan hasarat seksualnya.

Baca juga: Perempuan di Video Seks Garut, Dijual Suami hingga Dijadikan Tersangka UU Pornografi

Oleh karena itu, pelaku nekat melukai bahkan membunuh korban dan dijadikan target untuk menyalurkan nafsu di pelaku.

"Yang pasti mental anak bangsa menjadi bobrok," ujar Hening.

Pandangan orang ketika mendengar seks

Tersiarnya pemberitaan seks dan video porno tidak bisa kita hindari.

Pasalnya, saat ada kasus satu selesai, maka dalam waktu dekat ada-ada saja kabar mengenai hal yang memuat seksualitas.

Hening menyampaikan, ada dua tipe psikis dari orang yang secara tidak langsung mengerti informasi tentang seks.

"Personal dengan tingkat aktivitas positif yang tinggi dalam berpikir dan bersikap tentu biasanya kurang berminat untuk hal-hal (seksual) tersebut," ujar Hening.

"Berbeda dengan personal yang tidak memiliki kegiatan terlalu banyak, dan hanya diisi waktu luang, pikiran negatif, mental tidak stabil. Meski awalnya iseng saja untuk melihat, selanjutnya ada unsur ketagihan," kata dia.

Agar tidak terus-terusan menonton video porno dan mampu mengendalikan keinginan, Hening menyarankan untuk melakukan aktivitas positif.

Menurutnya, jika positif dalam berpikir dan didukung mental yang stabil, biasanya kurang berminat dengan hal "esek-esek" seperti itu.

Adapun faktor dari lingkungan dan kelompok bermain juga berpengaruh pada individu untuk berpikir dan bersikap seperti apa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com