Dalam kasus penculikan yang terjadi pada 1997-1998, ada 24 orang yang menjadi korban dalam peristiwa itu.
Sebanyak 13 orang hingga kini masih hilang.
Di tengah kerumitan kasus penculikan itu, Munir hadir bersama Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) dan tampil di depan publik untuk menyuarakan pengungkapan kasus itu.
Ia secara tegas mendesak agar negara bertanggung jawab atas peristiwa penculikan.
Baca juga: 15 Tahun, Munir Tak Pernah Padam...
Munir juga menjadi penasihat hukum korban dan keluarga korban penculikan tersebut.
Munir bersama Kontras lantang bersuara sehingga membuat sembilan aktivis dilepaskan.
Kiprahnya dalam mengungkap kasus orang hilang ini menjadi sorotan banyak pihak.
Tiga kasus tersebut hanya sebagian kecil dari lembaran sejarah perjuangan Munir dalam memperjuangkan HAM.
Di luar itu, banyak kasus-kasus pelanggaran HAM yang menjadi perhatian serius Munir.
Kasus-kasus itu di antaranya, tragedi Trisakti, kerusuhan Mei, Semanggi, Talangsari Lampung, Timor Leste, Papua, Aceh, Ambon, dan Poso.
Baca juga: 15 Tahun Terbunuhnya Munir, Dianggap Janggal karena Tak Sentuh Aktor Intelektual
Dalam perjalanannya, Munir kerap mendapatkan intimidasi dan ancaman.
Bahkan, rumahnya di Batu, Malang pernah dipasang bom oleh orang tak dikenal.
Pemberitaan Harian Kompas, 6 September 2013, menyebutkan, ada seseorang yang diduga terlibat dalam kasus pelanggaran HAM berusaha menawarkan kursi parlemen kepada Munir.
Syaratnya, Munir tak boleh meributkan berbagai pelanggaran HAM yang terjadi di masa Orde Baru.
Namun, Munir menolak tawaran tersebut.
Bukan hal sulit bagi Munir untuk menjadi seseorang yang memiliki kekayaan secara materi.
Akan tetapi, ia lebih memilih hidup sederhana dan berkendara sepeda motor untuk melangkah dan memperjuangkan kemanusiaan semasa hidupnya.
(Sumber: Kompas.com/Aswab Nanda Pratama; Kompas/Lusiana Indriasari; Al Araf)