Saat berusia 18 tahun, Teresa memutuskan untuk menjadi seorang biarawati dan berangkat ke Irlandia.
Di sana, ia bergabung dengan para Suster Loreto di Dublin.
Di tempat inilah, ia mengambil nama Suster Mary Teresa, seperti yang banyak dikenal.
Pada 1931, ia kembali ke India dan ditugaskan untuk mengajar di Sekolah Menengah Santa Maria, sebuah sekolah yang dikelolah oleh para suster loreto.
Teresa mengabdikan dirinya untuk mengurangi kemiskinan anak-anak perempuan melalui pendidikan.
Pada 1937, ia mengambil gelar "Bunda" setelah melakukan Sumpah Profesi Terakhir. Ia kemudian dikenal sebagai Bunda Teresa.
Bunda Teresa merasa mendapatkan panggilan jiwa pada 1946 yang kemudian mengubah jalan hidupnya.
Ia berhenti mengajar dan pergi ke kaki Bukit Himalaya untuk membantu orang-orang di wilayah termiskin itu.
Karena telah melakukan sumpah taat, Bunda Teresa tidak meninggalkan biara begitu saja tanpa izin resmi.
Butuh waktu setengah tahun untuk melakukan lobi kepada biara agar diperbolehkan untuk keluar.
Setelah resmi keluar, ia mengenakan sari biru putih yang selalu ia pakai di depan selama masa hidupnya.
Bunda Teresa yang memimpin sekitar 4.500 biarawati dan mengoperasikan Ordonya serta berkarya di 111 negara, selalu berbicara soal kemiskinan dan kelaparan.
Selain itu, ia juga banyak menangani persoalan seperti orang-orang yang kesepian, terlupakan, dan disia-siakan.
"Kesepian adalah salah satu bentuk kelaparan, kelaparan akan kehangatan, dan perhatian. Jenis kelaparan seperti ini jauh lebih sulit disembuhkan daripada kelaparan akan makanan." kata Bunda Teresa seperti dikutip dari Harian Kompas, 6 September 1997.
Lebih dari 45 tahun Bunda Teresa berjuang untuk membela orang miskin dan menunjukkan kepada dunia bahwa mereka harus dirangkul.