Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Penyebutan Penyakit yang Hanya Ada di Indonesia, Apa Saja?

Kompas.com - 02/09/2019, 05:30 WIB
Nur Rohmi Aida,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi


KOMPAS.com – Jenis-jenis penyakit cukup banyak. Umumnya, penyakit dinamakan berdasarkan nama illmiah atau nama bakteri penyebabnya, seperti penyebutan typhoid atau tipus karena penyebabnya adalah bakteri Salmonella typhi.

Penamaan penyakit, umumnya juga dilakukan dengan penambahan awalan ataupun akhiran terhadap suatu kondisi. Seperti hipertensi, hipotiroid, dan sebagainya.

Melansir dari Mims, website penyedia informasi obat dan kesehatan di Asia Pasifik, sistem penamaan penyakit yang digunakan saat ini umumnya juga mempunyai sejarah berumur puluhan tahun, bahkan berabad-abad yang telah lama dilupakan atau tertutupi oleh makna modern.

Di Indonesia sendiri, beberapa penyakit memiliki penyebutan nama yang unik yang terkadang tak bisa diartikan secara terminologi.

Berikut beberapa nama penyakit dengan nama unik yang hanya dikenal di Indonesia

1.Cantengan

Istilah untuk menyebut kondisi tidak sehat yang terjadi pada kaki ini tentu sudah tidak asing lagi.

Cantengan bisa terjadi akibat ujung pinggiran kuku yang tajam berkembang ke luar alur kuku yang semestinya. Akibatnya kuku jadi terdorong masuk menekan kulit sehingga menyebabkan terjadinya ingrown nail atau yang kita kenal sebagai cantengan.

Melansir dari Hello Sehat, awalnya di sekitar kuku cantengan terasa lunak, bengkak atau mengeras. Jika dibiarkan, tekanan besar dan pemakaian kaki berkelanjutan, kuku kaki yang terus tumbuh bisa merobek kulit hingga ke epidermis (lapisan kulit tengah).

Akibatnya, bakteri masuk melalui luka yang kemudian menyebabkan peradangan, nyeri dan infeksi. Cantengan juga sangat mungkin disertai terjadinya pendarahan dan nanah yang keluar.

Baca juga: Awas, Polusi Udara seperti di Jakarta Bisa Sebabkan Penyakit Mata

2. Masuk Angin

Istilah masuk angin merupakan nama penyakit yang ada di Indonesia. Melansir dari Kompas.com (29/2/2016), Ahli penyakit dalam dari Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk, Dr. Mulia Sp. PD menjelaskan kalau istilah masuk angin merupakan kondisi di mana seseorang merasa pegal-pegal, kembung atau perut terasa penuh, buang angin terus menerus, mual, batuk, flu, merasa kedinginan, dan demam.

“Istilah masuk angin tidak ada dalam literatur kedokteran. Jadi, masuk angin itu hanya sebutan orang Indonesia bagi kumpulan gejala tadi,” kata Mulia.

Penyebabnya pun beragam, tergantung dari gejala yang dirasa. Sehingga masuk angin tak bisa diartikan secara harafiah. Yang jelas, gejala tersebut bukan karena kemasukan angin secara besar-besaran dari luar tubuh.

3. Angin Duduk

Orang Indonesia kerap menggambarkan masuk angin yang sangat hebat dan secara mendadak sebagai angin duduk.

Reputasi angin duduk juga cukup menyeramkan, karena tak jarang penderitanya mengalami kematian.

Dr. Santoso Karo Karo MPH, Sp. JP, pakar jantung dari Perkumpulan Dokter Kardiovaskuler Indonesia (PERKI) menjelaskan, bahwa pengertian angin duduk harus diluruskan. Hal tersebut karena sebenarnya angin duduk adalah penyempitan pembuluh darah yang terjadi di jantung.

“Gejalanya memang menyerupai masuk angin. Dalam dunia medis, gejala ini disebut angina pectoris. Jadi, angina pectoris bukan suatu penyakit, melainkan gejala dari penyempitan pembuluh darah di jantung,” ucap Santoso seperti dikutip Kompas,com (18/10/2016).

Jadi, imbuhnya angin duduk yang dalam dunia medis dikenal sebagai angina pectoris tak akan sembuh kalau dikerok atau diberi jamu.

4. Paru-paru basah

Dalam dunia kedokteran, sebetulnya paru-paru basah merupakan penyakit pneumonia atau radang penyakit paru akut.

Menurut dr. Nastiti Kaswandani Sp.A(K), Ketua UKK Respirologi IDAI, seperti diberitakan Kompas.com (11/3/2017), sebenarnya tidak ada terminologi paru-paru basah.

"Ini adalah istilah awam untuk menyebut kondisi paru-paru terisi cairan," katanya.

Gejala paru-paru basah adalah batuk sampai sesak napas, karena pemasukan oksigen berkurang.

Pada kondisi pneumonia berat dapat menyebabkan kematian akibat kekurangan oksigen mencapai otak dan jantung.

"Gejala yang khas adalah dadanya sampai cekung, tertarik ke dalam ketika batuk, serta napasnya memburu seperti orang yang habis lari," kata Nastiti.

Baca juga: Panduan Makan Sehat untuk 9 Penyakit, dari Jantung sampai Diabetes

5. Kesemutan

Melansir dari Kompas.com (1/7/2010) Dr Tiara Anindhita, SpS, dari Departemen Neurologi FKUI/RSCM, mengatakan, kesemutan atau dalam istilah medis disebut parestesia.

Kondisi tersebut merupakan sensasi spontan yang abnormal pada daerah persarafan tertentu.
Secara normal, manusia bisa merasakan sensasi tertentu setelah ada rangsangan atau stimulus yang sesuai.

Sementara pada parestesia, sensasinya muncul spontan tanpa ada stimulus.

Parestesia atau kesemutan adalah terminologi untuk suatu gejala dan bukan diagnosis penyakit. Itu sebabnya gejala parestesia bisa dijumpai pada berbagai penyakit yang mengenai saraf, terutama saraf di bagian perifer.

6. Bengek/Mengi

Bengek atau mengi adalah kondisi di mana timbul suara khas yang dihasilkan ketika udara mengalir melalui saluran napas yang menyempit.

Melansir dari Hello Sehat, biasanya, penyebab paling umum dari mengi berulang adalah asma dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).

Penyakit-penyakit tersebut menyebabkan penyempitan dan kejang otot (bronkospasme) di saluran udara kecil paru-paru.

Namun, tak hanya itu, setiap pembengkakan di tenggorokan atau saluran napas yang lebih besar juga dapat menyebabkan timbulnya mengi. Penyebab umum mengi lainnya meliputi infeksi, reaksi alergi atau penyumbatan fisik, seperti tumor atau benda asing yang telah terhirup.

 Baca juga: Kaki Sering Kram? Hati-hati Tanda Penyakit Liver

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

5 Manfaat Kesehatan Daging Buah Kelapa Muda, Salah Satunya Menurunkan Kolesterol

5 Manfaat Kesehatan Daging Buah Kelapa Muda, Salah Satunya Menurunkan Kolesterol

Tren
Viral, Video Sopir Bus Cekcok dengan Pengendara Motor di Purworejo, Ini Kata Polisi

Viral, Video Sopir Bus Cekcok dengan Pengendara Motor di Purworejo, Ini Kata Polisi

Tren
PDI-P Laporkan Hasil Pilpres 2024 ke PTUN Usai Putusan MK, Apa Efeknya?

PDI-P Laporkan Hasil Pilpres 2024 ke PTUN Usai Putusan MK, Apa Efeknya?

Tren
UKT Unsoed Tembus Belasan-Puluhan Juta, Kampus Sebut Mahasiswa Bisa Ajukan Keringanan

UKT Unsoed Tembus Belasan-Puluhan Juta, Kampus Sebut Mahasiswa Bisa Ajukan Keringanan

Tren
Sejarah dan Makna Setiap Warna pada Lima Cincin di Logo Olimpiade

Sejarah dan Makna Setiap Warna pada Lima Cincin di Logo Olimpiade

Tren
Ramai Anjuran Pakai Masker karena Gas Beracun SO2 Menyebar di Kalimantan, Ini Kata BMKG

Ramai Anjuran Pakai Masker karena Gas Beracun SO2 Menyebar di Kalimantan, Ini Kata BMKG

Tren
Kenya Diterjang Banjir Bandang Lebih dari Sebulan, 38 Meninggal dan Ribuan Mengungsi

Kenya Diterjang Banjir Bandang Lebih dari Sebulan, 38 Meninggal dan Ribuan Mengungsi

Tren
Dari Jakarta ke Penang, WNI Akhirnya Berhasil Obati Katarak di Korea

Dari Jakarta ke Penang, WNI Akhirnya Berhasil Obati Katarak di Korea

Tren
Warganet Kaitkan Kenaikan UKT Unsoed dengan Peralihan Menuju PTN-BH, Ini Penjelasan Kampus

Warganet Kaitkan Kenaikan UKT Unsoed dengan Peralihan Menuju PTN-BH, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Israel Diduga Gunakan WhatsApp untuk Targetkan Serangan ke Palestina

Israel Diduga Gunakan WhatsApp untuk Targetkan Serangan ke Palestina

Tren
Apa Itu Asuransi? Berikut Cara Kerja dan Manfaatnya

Apa Itu Asuransi? Berikut Cara Kerja dan Manfaatnya

Tren
'Streaming' Situs Ilegal Bisa Kena Retas, Curi Data, dan Isi Rekening

"Streaming" Situs Ilegal Bisa Kena Retas, Curi Data, dan Isi Rekening

Tren
Kata Media Asing soal Penetapan Prabowo sebagai Presiden Terpilih, Menyoroti Niat Menyatukan Elite Politik

Kata Media Asing soal Penetapan Prabowo sebagai Presiden Terpilih, Menyoroti Niat Menyatukan Elite Politik

Tren
Jokowi Batal Hadiri Pemberian Satyalancana untuk Gibran dan Bobby, Ini Penyebabnya

Jokowi Batal Hadiri Pemberian Satyalancana untuk Gibran dan Bobby, Ini Penyebabnya

Tren
Berapa Jarak Ideal Jalan Kaki untuk Menurunkan Berat Badan?

Berapa Jarak Ideal Jalan Kaki untuk Menurunkan Berat Badan?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com