Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memahami Jamasan Pusaka, Tradisi Bulan Suro yang Ada di Pulau Jawa

Kompas.com - 01/09/2019, 08:08 WIB
Nur Rohmi Aida,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Tradisi Jamasan Pusaka menjadi salah satu tradisi yang identik dilakukan pada bulan Suro. Tradisi tersebut hadir di banyak tempat di Pulau Jawa, baik Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, juga Yogyakarta.

Salah satu pelaksanaan tradisi tersebut adalah Kirab Pusaka yang ada di Pura Mangkunegaran Solo yang baru saja diselenggarakan Sabtu (31/8/2019) malam.

Melansir pemberitaan Kompas.tv , Minggu (1/9/2019) terdapat empat buah pusaka yang dijamas, dikirab dan dibawa berkeliling Pura Mangkunegaran. Sementara warga berebut sisa jamasan pusaka.

Upacara jamasan pusaka umumnya dilakukan secara bertahap.

Adapun tahapan-tahapan yang dilalui dalam upacara tersebut dimulai dengan pengambilan pusaka yang disimpan di tempat tertentu, tahap tirakatan (bersemedi), tahap arak-arakan, dan tahap pemandian atau jamasan pusaka.

Jamasan simbol bersih diri

Melansir pemberitaan Harian Kompas, Sabtu (22/8/2018), Kepala Pusat Penelitian Budaya Daerah dan Pariwisata Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Purwokerto, Rawuh Edi Priyono mengatakan, jamasan memiliki makna yang dalam.

"Selain membersihkan secara fisik, prosesi itu juga sebenarnya bertujuan untuk membersihkan diri. Secara fisik dibersihkan dan secara kebatinan juga dibersihkan. Bagaimana manusia itu harus introspeksi setidaknya setahun sekali mengingat apa yang sudah dilakukan sepanjang tahun dan apa yang akan dilakukan pada tahun mendatang," papar Rawuh.

Adanya tahapan dan ritual dengan sejumlah aturan, menurut Rawuh juga mencerminkan tentang kehidupan manusia yang memiliki norma-norma.

"Orang perlu introspeksi dan mengingat norma-norma kehidupan yang ada sehingga orang tak menyimpang dari pakemnya (jalan hidup)," kata dia.

Baca juga: Cerita di Balik Peringatan Malam 1 Suro

“Demikian juga dalam konteks masyarakat ketika ada orang-orang yang tidak sesuai dengan aturan yang jadi kesepakatan, dia harus diingatkan untuk kembali ke tujuan hidupnya,” imbuh dia.

Rawuh juga mengingatkan, benda pusaka seperti keris merupakan wujud budaya fisik bernilai tinggi yang sudah seharusnya dihargai. Penghargaan tersebut menurutnya sebagai simbol tentang harmoni keseimbangan dalam berperilaku.

"Di sana ada keterampilan dan kesabaran untuk membuatnya. Ada juga keris yang bisa berdiri. Itu bukan karena magic, melainkan dibuat dengan sungguh-sungguh dan seimbang. Secara sosial, generasi muda saat ini juga diberi wejangan bahwa hidup itu mestinya penuh dengan harmoni dan keseimbangan dalam berperilaku,” katanya.

Prinsip gotong royong

Menurut Murtjipto (2004) dalam bukunya Fungsi dan Makna Siraman Pusaka Mangkunegaran di Selogiri Kabupaten Wonogiri, seperti dilansir Kompas.com (19/12/2009), maksud dan tujuan jamasan pusaka yakni untuk mendapatkan keselamatan, perlindungan, dan ketentraman.

Sebab, bagi sebagian masyarakat Jawa, benda-benda pusaka tersebut dianggap mempunyai kekuataan gaib yang akan mendatangkan berkah apabila dirawat dengan cara dibersihkan atau dimandikan.

Apabila tidak dirawat, mereka percaya "isi" yang ada di dalam benda pusaka tersebut akan pudar atau akan hilang sama sekali, dan hanya berfungi sebagai senjata biasa.

Menurut Murjipto seperti dilansir Kompas.com (19/12/2009), apabila dicermati lebih dalam, jamasan mengandung nilai-nilai budaya yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari.

Nilai-nilai tersebut diantaranya adalah kebersamaan, ketelitian, gotong-royong dan religius.
Nilai kebersamaan tercermin dari keberadaan masyarakat yang berkumpul dalam satu tempat untuk mengikuti prosesi, seperti melakukan doa bersama demi keselamatan bersama.

Adapun nilai ketelitian, tercermin dari proses upacara itu sendiri. Sebagai suatu proses, upacara harus dilakukan dengan persiapan sebaik mungkin dan dengan seksama sehingga upacara bisa berjalan lancar.

Sedangkan nilai religius tercermin dalam doa bersama yang ditujukan kepada Tuhan agar mendapat perlindungan, keselamatan, dan kesejahteraan dalam menjalani kehidupan.

 Baca juga: Satu Suro, Film Hari Raya Para Makhluk Halus

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com