Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memotret Viral Kisah Horor KKN di Desa Penari...

Kompas.com - 31/08/2019, 14:10 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Cerita horor KKN di Desa Penari viral di media sosial dan menjadi perbincangan publik sekitar sepekan belakangan ini.

Bahkan, tagar #kkndesapenari bertahan di trending teratas Twitter Indonesia hingga hari ini, Sabtu (31/8/2019).

Sebenarnya, kisah itu pertama kali diunggah oleh akun anonim @SimpleM81378523 melalui media sosial Twitter pada 24 Juni 2019.

Namun, baru ramai diperbincangkan saat ini.

Bahkan, kemudian muncul beberapa versi cerita lain dari sudut cerita yang berbeda.

Dari kisah yang dibagikan @SimpleM81378523, disebutkan bahwa cerita ini didapatkannya dari teman ibunya.

Baca juga: Viral Cerita KKN di Desa Penari, Membedah Rasa Takut Vs Penasaran dalam Kisah Horor

Singkatnya, cerita KKN di Desa Penari merupakan kisah sekelompok mahasiswa yang sedang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di sebuah wilayah pada tahun 2009.

Saat KKN ini, para mahasiswa itu mengalami serangkaian kejadian misterius dan horor saat berada di desa tempat mereka melakukan KKN.

Respons warganet

Berdasarkan pantauan Kompas.com, Sabtu (31/8/2019), banyak komentar muncul dari warganet menanggapi cerita itu.

"Kalo menurutku sih yah.. kalau orang punya iman.. punya Tuhan.. mau iblis sehebat apapun.. sekuat apapun.. seluarbiasa apapun.. bahkan sampe Raja dari segala Raja iblis pun gabakal bisa sampe nyentuh kita.."  tulis salah satu akun.

Akun lainnya menuliskan, "Kelar juga bacanya, kadang kalau nemu perisiwa begini ilmu agama gw jadi ngambang, yg antara mati itu di tentukan Allah dan juga para setan yg punya power kuat kepada manusia yg di kehendakinya".

Lokasi kejadian yang hanya disebutkan dengan nama "Desa Penari" membuat warganet penasaran dengan lokasi itu.

Ada yang menebak lokasi sebenarnya yang menjadi setting cerita KKN di Desa Penari, salah satunya ada yang menduga cerita ini di sebuah desa di Banyuwangi, Jawa Timur. 

Tak sedikit pula yang menganggapnya kisah rekaan sehingga meragukan bahwa peristiwa yang dikisahkan benar-benar terjadi.

Tak hanya itu, banyak juga warganet yang menanggapi cerita horor itu secara santai dengan menyelipkan video-video lucu di kolom komentarnya.

Memotret KKN di Desa Penari

Viral cerita horor yang ada di media sosial bukan pertama kali ini saja.

Beberapa cerita horor sebelumnya juga pernah jadi perbincangan di media sosial.

Cerita KKN di Desa Penari ini menunjukkan bahwa banyak yang menyukai kisah horor, meski belum bisa dipastikan kebenaran kisah itu.

Bagi Guru Besar Psikologi Universitas Gadjah Mada, Prof Koentjoro, viralnya kisah horor ini di media sosial menunjukkan bahwa platform media sosial menimbulkan efek echo chamber.

Apa itu echo chamber?  Ia menyebutkan, adanya pengulangan hal yang sama sehingga semakin populer.

"Akibatnya, apabila ada echo chamber, berarti ada saling penguatan antara kelompok yang percaya. Akhirnya yang tidak terjadi menjadi terjadi (ada)," kata Koentjoro, saat dihubungi Kompas.com.

ia menilai, kisah horor yang ramai di media sosial adalah permainan fiksi atau permainan kognitif (dua penafsiran berbeda).

Hal ini menyebabkan kisah horor mudah diterima oleh masyarakat Indonesia yang menyukai rasa penasaran dan rasa takut.

Meski demikian, Koentjoro menganggap rasa penasaran itu sebagai sesuatu yang wajar dalam ilmu psikologi.

"Barangkali ada displacement atau pengalihan obyek, dengan sesuatu yang tidak biasa. Sementara yang di vlog kan suatu yang biasa," ujar Koentjoro.

Sementara itu, psikolog asal Solo, Jawa Tengah, Hening Widyastuti, mengatakan, kisah horor ini selalu menarik perhatian karena adanya rasa sensasional yang didapatkan oleh seseorang ketika menonton atau membaca film horor.

Menurut dia, penggemar horor kebanyakan adalah orang yang menyukai tantangan dan berjiwa tidak monoton.

Selain itu, membaca cerita horor juga bisa membuat emosi seseorang dan rasa takutnya menjadi satu.

Cerita horor, menurut Hening, bisa menjadi salah satu cara untuk mengatasi stres dan menetralisir keruwetan masalah kehidupan.

Jika masih dalam batas wajar, menurut dia, tak ada yang perlu dikhawatirkan.

(Sumber: Kompas.com/Retia Kartika Dewi/Nur Rohmi Aida)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com