Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masuk Daftar Kota Terindah di Asia Versi CNN, Ini Kisah Kotagede Yogyakarta

Kompas.com - 29/08/2019, 08:06 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

Walaupun jumlah perajin terus berkurang, perak menyiratkan spirit masyarakat yang dinamis dan egaliter.

Transformasi sosial menempatkan karya budaya itu dari awalnya peranti kerajaan, menjadi komoditas perniagaan masyarakat umum.

Bentuk peraknya juga beragam, mulai dari berbagai perhiasan seperti cincin, liontin kalung, gelang, dan anting.

Saat Ibu Kota Mataram berpindah ke Kerto, Imogiri yang berjarak 15 kilometer arah selatan Kotagede pada pertengahan abad ke-17, perkembangan perak semakin melesat.

Tidak hanya memenuhi pesanan dari kerajaan, tetapi semakin melebar menjadi komoditas perdagangan umum.

Pada masa pemerintahan Hindia-Belanda tahun 1930-1940, produk perak dari Kotagede mampu menembus pasar Eropa, terutama Belanda.

Hingga saat ini, perak menjadi identitas Kotagede.

Akan tetapi, bukan satu-satunya karya budaya masa lampau yang hingga kini masih hidup di sini.

Baca juga: Kerajinan Perak Kotagede, dari VOC hingga Orde Baru

Pada 1613, setelah tidak lagi berstatus Ibu Kota Kerajaan Mataram, Kotagede masih terus menggeliat dan mengalami perubahan sosial yang begitu dahsyat.

Ketua Dewan Pengarah Pusat Dokumentasi Kotagede Chariis Zubair mengatakan, Kotagede merupakan kota tua yang unik jika dilihat dari sejarah kebudayaannya.

Selepas tidak lagi menyandang status Ibu Kota Kerajaan Mataram, di Kotagede muncul bangunan-bangunan rumah yamg menempati bekas-bekas lahan kerajaan.

Alun-alun, lapangan terluas simbol keberadaan keraton, pelan-pelan dihuni oleh masyarakat umum.

Demikian pula Kampung Ndalem yang merupakan Istana Mataram juga menjadi daerah hunian.

"Orang-orang yang membangun rumah-rumah itu adalah saudagar-saudagar kaya sebagai pengusaha perak. Mereka inilah yang membangun rumah joglo dengan arsitektur dari masa ke masa. Itu merupakan rumah mewah pada masanya," kata Zubair.

Oleh karena itu, hingga saat ini Kotagede masih memiliki peninggalan rumah Jawa berasitektur joglo atau limasan yang bercorak Hindu, Islam, dan masa kolonial Belanda.

Kehadiran orang-orang yang dibawa dari Bali pada masa pemerintahan Sultan Agung, yang hidup kaya sebagai pengukir kayu, juga menambah kekayaan budaya Kotagede.

Peninggalan orang-orang kalang seperti Omah Duwur adalah salah satu contoh arsitektur unik campuran antara Jawa dan Belanda.

(Sumber: Kompas.com/Silvita Agmasari, Aloysius B Kurniawan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Siswa SMP Tewas Diduga Dianiaya Polisi di Padang, Saksi Sempat Lihat Korban Ditendang

Siswa SMP Tewas Diduga Dianiaya Polisi di Padang, Saksi Sempat Lihat Korban Ditendang

Tren
Menilik Pegunungan Appalachia, Rumah bagi Cerita Misteri dan Supranatural

Menilik Pegunungan Appalachia, Rumah bagi Cerita Misteri dan Supranatural

Tren
Gangguan di Server Pusat Data Nasional Terjadi Cukup Lama, Apa Penyebabnya?

Gangguan di Server Pusat Data Nasional Terjadi Cukup Lama, Apa Penyebabnya?

Tren
Lowongan Kerja PT KAI untuk SMA: Ini Syarat, Link, dan Cara Daftarnya

Lowongan Kerja PT KAI untuk SMA: Ini Syarat, Link, dan Cara Daftarnya

Tren
Urutan Nonton 7 Episode Joko Anwar's Nightmares and Daydreams

Urutan Nonton 7 Episode Joko Anwar's Nightmares and Daydreams

Tren
Benarkah Mencuci Piring Bisa Bantu Meredakan Stres? Ini Kata Psikolog

Benarkah Mencuci Piring Bisa Bantu Meredakan Stres? Ini Kata Psikolog

Tren
Penjelasan Kemenag soal Video Jemaah Haji Diduga Meninggal dan Telantar di Arab Saudi

Penjelasan Kemenag soal Video Jemaah Haji Diduga Meninggal dan Telantar di Arab Saudi

Tren
Kasus Anjing Gigit Manusia Kembali Terjadi, Bisakah Pemilik Dipidana?

Kasus Anjing Gigit Manusia Kembali Terjadi, Bisakah Pemilik Dipidana?

Tren
Kronologi Anggota Satpol PP Pekanbaru Peras Nenek Rp 3 Juta, Modus soal Izin Bangunan

Kronologi Anggota Satpol PP Pekanbaru Peras Nenek Rp 3 Juta, Modus soal Izin Bangunan

Tren
Pelajar di Padang Diduga Jadi Korban Penganiayaan Polisi hingga Meninggal, KPAI Desak Polri Berbenah

Pelajar di Padang Diduga Jadi Korban Penganiayaan Polisi hingga Meninggal, KPAI Desak Polri Berbenah

Tren
5 Fakta Kecelakaan Pajero Vs Truk di Tol Semarang-Batang yang Menewaskan 4 Orang

5 Fakta Kecelakaan Pajero Vs Truk di Tol Semarang-Batang yang Menewaskan 4 Orang

Tren
Ahli Deteksi Kebangkitan Lubang Hitam 1 Juta Kali Massa Matahari, Apa Dampaknya?

Ahli Deteksi Kebangkitan Lubang Hitam 1 Juta Kali Massa Matahari, Apa Dampaknya?

Tren
Kapolda Jateng Ahmad Luthfi, Bukan Lulusan Akpol tapi Jadi Jenderal

Kapolda Jateng Ahmad Luthfi, Bukan Lulusan Akpol tapi Jadi Jenderal

Tren
'Expressive Writing', Mengatasi Kecemasan Berbicara di Depan Umum

"Expressive Writing", Mengatasi Kecemasan Berbicara di Depan Umum

Tren
Luhut Ingin Bentuk 'Family Office' untuk Konglomerat, Apa Itu?

Luhut Ingin Bentuk "Family Office" untuk Konglomerat, Apa Itu?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com