Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita tentang TV Kabel yang Digerus TV Streaming

Kompas.com - 25/08/2019, 06:00 WIB
Nibras Nada Nailufar,
Heru Margianto

Tim Redaksi

Sejak pertama berdiri, mereka selalu mengalami kerugian.

Bagaimana dengan televisi berlangganan lainnya?

Baca juga: Akankah TV Bernasib Sama dengan Koran dan Majalah?

 

Selain MNC Vision, ada First Media dan BiG TV milik Lippo Group, Nexmedia milik grup EMTEK, K-Vision milik grup Kompas Gramedia, Orange TV milik grup Sinarmas, Topas TV, pendatang baru MyRepublic, serta Biznet Home.

Ada pula Indihome milik Telkom dan Transvision milik Trans Media. Sebelum Indihome, ada Telkomvision. Namun pada 2013, Telkom melepasnya ke Trans Media karena tak mampu bersaing.

Jika MNC Vision masih terselamatkan karena pelanggannya paling banyak, Nexmedia harus terjungkal.

Kepada pelanggannya, Nexmedia pamit bakal undur diri pada akhir bulan ini, 31 Agustus 2019, setelah delapan tahun siaran. Tak diketahui persis apakah penutupan disebabkan turunnya jumlah pelanggan.

Presiden Direktur PT Mediatama Anugrah Citra (Nexmedia) Junus Koswara enggan menjawab soal lesunya bisnis Nexmedia.

Namun ia membenarkan layanan streaming digital berpengaruh terhadap bisnis TV kabel.

"Arahnya sepertinya ke sana ya," kata Junus kepada Kompas.com, Senin (19/8/2019).

Lebih pilih streaming

Di Amerika Serikat, sejak 2010, puluhan juta orang sudah berhenti berlangganan TV kabel. Selama satu dekade terakhir, masyarakat di Amerika Serikat menikmati banjirnya layanan streaming seperti Netflix, Hulu, Amazon Prime Video, Sling TV, HBO, hingga Youtube TV yang berbayar.

Di Eropa, TV kabel hanya meningkat di beberapa negara seperti Spanyol, Rusia, Perancis, dan Polandia. Pertumbuhannya pun tak signifikan, hanya 1,3 persen menurut Strategy Analytics.

Sementara di belahan Eropa lainnya seperti Denmark, Swiss, dan Jerman, angkanya menurun. Di Inggris, hampir setengah juta rumah berhenti berlangganan TV kabel pada 2018 saja.

Dengan banyaknya pilihan di internet--ada yang berbayar dan gratis--untuk apa masih berlangganan TV dengan parabola yang kontennya linear dan terbatas pada jam tayang?

Ilustrasi.SHUTTERSTOCK Ilustrasi.

Ketua Bidang Industri Penyiaran Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) Hardijanto Saroso mengatakan, di Indonesia televisi kabel tak lagi bisa berdiri sendiri.

Era warga kota dan desa berbondong-bondong berlangganan TV kabel agar bisa mendapat siaran televisi dengan kualitas baik, sudah memasuki senja kalanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com