Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral Anak Injak Kepala Ibu, Psikolog Ingatkan Pentingnya Didikan Sejak Kecil

Kompas.com - 24/08/2019, 07:35 WIB
Nur Rohmi Aida,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi


KOMPAS.com – Sebuah video berdurasi 39 detik viral di media sosial. Dalam narasi yang beredar di media sosial Facebook tersebut, disebutkan bahwa sang anak kebablasan dalam bersikap terhadap ibunya.

Dalam video terlihat seorang perempuan tua yang terbaring sambil mengingatkan seseorang untuk tidak memukuli kepalanya. Perempuan itu meminta lawan bicaranya untuk bertindak lebih baik karena dirinya adalah orangtua.

Namun, tiba-tiba laki-laki yang berbaring di sebelahnya merasa kesal lalu melempar bantal dan terakhir menginjak kepala perempuan tersebut.

Kasus tersebut bahkan sempat membuat kepolisian turun tangan. Dikutip dari keterangan Humas Polrestabes Surabaya melalui akun resmi Facebook-nya, kini sang anak sudah dikembalikan kepada keluarganya dan menangis di pelukan ibunya.

Baca juga: Viral, Anak Jaga Ayahnya Seorang Diri Selama 3 Bulan di Rumah Sakit

Berangkat dari kasus tersebut Kompas.com pada Jumat (23/8/2019) mencoba meminta pendapat psikolog tentang kenapa seorang anak bisa tega melakukan hal semacam itu kepada ibunya.

Hening Widyastuti, seorang psikolog dari Solo berpendapat, hal tersebut bisa saja terjadi lantaran sang anak sudah memendam emosinya sejak beberapa lama.

Ia juga memperkirakan bahwa sang anak memiliki tingkat spirilitualitas yang kurang baik.

“Kalau dari kecil anak yang dididik dan didampingi dengan pengetahuan agama yang meresap itu perkembangannya umumnya berbeda. Baik ia dari kalangan ekonomi manapun,” tuturnya.

Kedua, Hening menilai faktor lain yang bisa saja mempengaruhi hal tersebut adalah permasalahan pergaulan si anak. Menurutnya lingkungan sangat memegang peranan penting terkait sikap seseorang.

“Lingkungan komunitas dia perlu dipertanyakan,” tuturnya.

Menurutnya, hal tersebut bisa saja terjadi ketika pemuda tersebut berada di lingkungan di mana sekitarnya banyak yang gaya hidupnya tinggi sehingga dia menyalahkan dirinya sendiri.

Pertanyaan seperti, ‘kenapa saya harus kekurangan’ pada akhirnya membuat hal tersebut merembet kepada menyalahkan orangtuanya.

“Orangtua menjadi simbol sesuatu yang menyebabkan ia tak mendapat sesuatu yang ia inginkan,” kata Hening.

Ia menilai uang Rp 10.000 hanyalah pemicu emosi karna apa yang ia inginkan tak didapat dan hal tersebut bertubi-tubi.

Baca juga: Viral Anak Curi ATM, Bagaimana Membangun Karakter Anak di Keluarga?

“Keimanan dipertanyakan karena keimanan adalah kedekatan internal kita dengan sang pencipta. Disitulah filter kita tentang sesuatu yang benar dan tak benar,” tuturnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com