Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/08/2019, 06:00 WIB


KOMPAS.com - Masih ingatkah Anda kapan terakhir kali duduk di depan televisi untuk menonton sebuah acara dari awal sampai akhir?

Masih adakah acara yang jadi favorit dan selalu Anda tunggu-tunggu di layar kaca?

Mungkin banyak yang masih jadi penonton setia televisi. Tapi banyak juga yang menyalakan televisi hanya sebagai "background noise" di rumahnya.

Salah satunya Ika Defianti (28), karywan di Jakarta. Ika mengaku nyaris tak pernah lagi menonton televisi. Kalau pun menonton, hanya siaran berita yang sekadar didengarkan.

"Kerjaan yang bikin enggak sempet nonton TV. Paling kalau di kantor karena ada TV. Kalau di rumah enggak sih," kata Ika kepada Kompas.com, Kamis (15/8/2019).

Untuk hiburan sehari-hari, Ika lebih memilih menonton lewat ponselnya. Serial Korea kesukaannya bisa ditonton kapan saja, di mana saja.

"Ada Netflix, Viu, sama YouTube. Lebih banyak pilihan konten menarik," ujar Ika.

Baca juga: Sudah Siapkah Televisi Indonesia Hadapi Disrupsi Digital?

Beralih ke digital

Global Web Index menyurvei 391.130 responden di 41 negara. Konsumen digital kini menghabiskan lebih dari 6 jam 45 menit online, 3 jam 18 menit dihabiskan lewat smartphone.

Bagaimana dengan TV?

Baca juga: Akankah TV Bernasib Sama dengan Koran dan Majalah?

TV streaming termasuk yang cukup pesat pertumbuhannya, kini sudah dinikmati lebih dari satu jam per hari.

Sementara televisi linear, yakni TV gratis dan kabel hanya stagnan ditonton di bawah dua jam sehari.

Sejak 2014, dari 33 negara yang disurvei, TV linear mengalami penurunan di 29 negara. Sementara TV online naik di 28 negara.

Media konvensional seperti televisi, hanya tumbuh di negara dengan banyak penduduk lansia seperti sebagian Eropa dan Jepang.

Penonton televisi terbesar adalah mereka yang berusia lebih dari 50 tahun.

Padahal, pengiklan televisi mengincar mereka yang termasuk usia produktif dan punya uang untuk dihabiskan.

ilustrasi televisiAndreyPopov ilustrasi televisi

Fenomena serupa ditemukan di Indonesia. Penelitian lembaga rating AC Nielsen mengungkap pertumbuhan kepemilikan smartphone dalam lima tahun terakhir sangat pesat, mencapai 250 persen.

Waktu yang dihabiskan konsumen Indonesia untuk media digital pun meningkat dalam tiga tahun terakhir. Dari rata-rata 2 jam 26 menit menjadi 3 jam 20 menit per hari.

Baca juga: Cerita tentang TV Kabel yang Digerus TV Streaming

Sementara waktu yang dihabiskan untuk media TV baik streaming, kabel, atau gratis nyaris tidak bertambah. Dari 4 jam 54 menit menjadi hanya 4 jam 59 menit pada periode yang sama.

Komisaris Transmedia Ishadi SK mengakui tantangan terberat televisi saat ini adalah disrupsi digital. Stasiun televisi mulai kehilangan penonton setianya.

"Mereka (penonton) beralih akhirnya tidak lagi menonton progam mainstream seperti sekarang, akhirnya kita kehilangan viewers jujur saja," kata Ishadi kepada Kompas.com, Rabu (14/8/2019).

Di zaman serba mudah, siapa pun bisa saja membuat konten dan menuai keuntungan. Bisnis tontonan tak lagi dikuasai stasiun televisi.

"Ada 10.000 televisi di media sosial. Siapa saja bisa membuat tayangan lewat Instagram, yang nonton ribuan," lanjut dia.

Siapa masih menonton televisi konvensional? Angkat tangan!

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya

Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

[POPULER TREN] Bau yang Dibenci Tikus | BMKG Peringatkan soal El Nino

[POPULER TREN] Bau yang Dibenci Tikus | BMKG Peringatkan soal El Nino

Tren
Cara Edit Foto Pakai AI Generative Fill Adobe Firefly

Cara Edit Foto Pakai AI Generative Fill Adobe Firefly

Tren
Jadwal Terbaru KA Tawang Jaya, Relasi Semarang Poncol-Pasarsenen Jakarta PP

Jadwal Terbaru KA Tawang Jaya, Relasi Semarang Poncol-Pasarsenen Jakarta PP

Tren
Warganet Keluhkan Adanya Perbedaan Toilet di Kereta, Ini Kata KAI

Warganet Keluhkan Adanya Perbedaan Toilet di Kereta, Ini Kata KAI

Tren
Trans Jateng Koridor Solo-Wonogiri Buka Lowongan untuk Lulusan SMP-S1, Usia Maksimal 45 Tahun!

Trans Jateng Koridor Solo-Wonogiri Buka Lowongan untuk Lulusan SMP-S1, Usia Maksimal 45 Tahun!

Tren
Tes Online Rekrutmen Bersama BUMN, Apa Saja yang Harus Dipersiapkan?

Tes Online Rekrutmen Bersama BUMN, Apa Saja yang Harus Dipersiapkan?

Tren
Dibuka Hari Ini, Berapa Skor TOEFL untuk Syarat Beasiswa LPDP?

Dibuka Hari Ini, Berapa Skor TOEFL untuk Syarat Beasiswa LPDP?

Tren
Mengintip Kereta Ekonomi New Generation: Ada Toilet Mewahnya

Mengintip Kereta Ekonomi New Generation: Ada Toilet Mewahnya

Tren
Gara-gara Film Barbie, Dunia Kehabisan Cat Warna Pink

Gara-gara Film Barbie, Dunia Kehabisan Cat Warna Pink

Tren
Viral, Video Perundungan Anak SMP di Bandung, Polisi: Pelaku Ada 10

Viral, Video Perundungan Anak SMP di Bandung, Polisi: Pelaku Ada 10

Tren
Rincian Bonus Atlet Peraih Medali ASEAN Para Games 2023, Paling Tinggi Rp 525 Juta

Rincian Bonus Atlet Peraih Medali ASEAN Para Games 2023, Paling Tinggi Rp 525 Juta

Tren
Viral, Video Polantas 'Loloskan' Pengendara Motor Bercelana Loreng yang Lewati Jalur Busway

Viral, Video Polantas "Loloskan" Pengendara Motor Bercelana Loreng yang Lewati Jalur Busway

Tren
4 Fakta Meninggalnya Mahasiswa ITB Saat Uji Coba Pesawat Tanpa Awak

4 Fakta Meninggalnya Mahasiswa ITB Saat Uji Coba Pesawat Tanpa Awak

Tren
Modus Penipuan 'Preorder' iPhone Si Kembar Rihana-Rihani Pakai Skema Ponzi, Apa Itu?

Modus Penipuan "Preorder" iPhone Si Kembar Rihana-Rihani Pakai Skema Ponzi, Apa Itu?

Tren
Beredar Narasi Jajanan Rasa Stroberi Gunakan Zat Pewarna Karmin yang Terbuat dari Kutu, Benarkah Demikian?

Beredar Narasi Jajanan Rasa Stroberi Gunakan Zat Pewarna Karmin yang Terbuat dari Kutu, Benarkah Demikian?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com