Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Viral, Video Penampakan Awan di Australia Disebut Mirip Obscurus "Fantastic Beasts", Awan Apa Itu?

KOMPAS.com - Sebuah video yang merekam penampakan awan dengan bentuk tak biasa, ramai di media sosial.

Diunggah pertama kali oleh akun TikTok ini, Senin (20/2/2023), video menampilkan beberapa awan hitam pecah-pecah melayang di langit Sydney, Australia.

"Melihat lebih dekat, itu bukan di jendela atau semacamnya, itu bergerak seperti Liquid Metal atau sejenisnya. Dan itu bukan awan scud, tidak terlihat seperti itu. Apakah ada yang tahu apa itu?" tulis pengunggah.

Menanggapi video yang telah dilihat lebih dari 26,8 juta kali tersebut, beberapa warganet menyebut bahwa bentuk awan mirip dengan obscurus dalam film Fantastic Beast.

Obscurus sendiri merupakan parasit dalam diri para penyihir cilik yang terpaksa menekan kekuatan sihirnya.

"Aku tahu itu sebuah obscurus saat melihatnya," kata salah satu warganet.

"Itu obscurus, Fantastic Beast mengajarkanku itu," komentar warganet lain.

Di sisi lain, video serupa kembali diunggah oleh akun Twitter ini pada Jumat (31/3/2023). Pengunggah menerangkan, awan tidak biasa di Australia itu merupakan awan scud.

"Terbentuk ketika hujan menguap di bawah badai induk, kelembapan di udara mengarah ke pembentukan awan sekunder," terang pengunggah Twitter.

Lantas sebenarnya, awan apa yang tampak di atas langit Australia tersebut?

Bukan termasuk awan dalam meteorologi

Saat dikonfirmasi, Kepala Sub Bidang Prediksi Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Ida Pramuwardani mengatakan, tak yakin dengan jenis awan dalam video.

"Sepertinya bukan termasuk awan yang ada secara teori meteorologi ya," kata dia kepada Kompas.com, Sabtu (1/4/2023).

"Terkait validitas yang di gambar kami tidak paham," lanjutnya.

Dia pun menjelaskan, awan scud seperti yang disebut dalam unggahan Twitter merupakan jenis dari awan fractus.

"Awan ini umumnya merupakan serpihan dari pinggiran bawah dari sistem awan badai yang lebih besar atau biasa dikenal dengan nama Cumulonimbus," jelas Ida.

Sementara itu, dia melanjutkan, awan fractus atau fractus cloud sendiri merupakan serpihan dari awan berjenis cumulus atau stratus.

Awan scud atau awan pannus

Terpisah, astronom amatir Indonesia, Marufin Sudibyo menjelaskan, penampakan awan unik dalam video adalah pannus cloud atau awan pannus.

"Kadang awan ini disebut juga awan scud," ujarnya, saat dihubungi Kompas.com, Sabtu.

Marufin menerangkan, awan pannus tergolong awan rendah dan merupakan hasil pemecahan atau fraktal dari awan yang lebih besar.

Awan induk yang lebih besar tersebut, menurut dia, yakni Cumulonimbus atau Nimbostratus, awan penyebab hujan deras maupun badai.

"Awan pannus umumnya terbentuk pascahujan, saat terjadi aliran turun (downdraft) dari awan induknya," terang dia.

Selanjutnya, dalam aliran turun, bagian-bagian awan induk akan terpecah-pecah.

Pecahan yang masih bisa mempertahankan fasa awan dan bukan sebagai titik-titik air atau butir es pun kemudian akan berpotensi menjadi awan pannus.

Marufin melanjutkan, awan ini tipis dan sebenarnya lebih tembus cahaya. Oleh karena itu, warna awan lebih mengacu pada perspektif masing-masing orang.

"Namun karena ada di bawah dari awan yang lebih tebal dan merupakan produsen hujan deras atau badai, maka kesan hitam muncul," kata dia.

Adapun terkait bentuk awan pannus, Marufin menyebut bahwa bentuk aslinya memang irregular atau tidak teratur.

"Tepatnya fraktal, karena hasil pemecahan awan yang lebih besar," pungkasnya.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/04/01/201500765/viral-video-penampakan-awan-di-australia-disebut-mirip-obscurus-fantastic

Terkini Lainnya

Eks ART Menggugat, Ini Perjalanan Kasus Mafia Tanah yang Dialami Keluarga Nirina Zubir

Eks ART Menggugat, Ini Perjalanan Kasus Mafia Tanah yang Dialami Keluarga Nirina Zubir

Tren
Mengintip Kecanggihan Dua Kapal Perang Rp 20,3 Triliun yang Dibeli Kemenhan

Mengintip Kecanggihan Dua Kapal Perang Rp 20,3 Triliun yang Dibeli Kemenhan

Tren
Cara Menurunkan Berat Badan Secara Sehat ala Diet Tradisional Jepang

Cara Menurunkan Berat Badan Secara Sehat ala Diet Tradisional Jepang

Tren
10 Manfaat Minum Air Kelapa Murni Tanpa Gula, Tak Hanya Turunkan Gula Darah

10 Manfaat Minum Air Kelapa Murni Tanpa Gula, Tak Hanya Turunkan Gula Darah

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 19-20 April 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 19-20 April 2024

Tren
[POPULER TREN] Status Gunung Ruang Jadi Awas | Kasus Pencurian dengan Ganjal ATM

[POPULER TREN] Status Gunung Ruang Jadi Awas | Kasus Pencurian dengan Ganjal ATM

Tren
Menlu Inggris Bocorkan Israel Kukuh akan Respons Serangan Iran

Menlu Inggris Bocorkan Israel Kukuh akan Respons Serangan Iran

Tren
Erupsi Gunung Ruang pada 1871 Picu Tsunami Setinggi 25 Meter dan Renggut Ratusan Nyawa

Erupsi Gunung Ruang pada 1871 Picu Tsunami Setinggi 25 Meter dan Renggut Ratusan Nyawa

Tren
Menelisik Video Prank Galih Loss yang Meresahkan, Ini Pandangan Sosiolog

Menelisik Video Prank Galih Loss yang Meresahkan, Ini Pandangan Sosiolog

Tren
'Tertidur' Selama 22 Tahun, Ini Penyebab Gunung Ruang Meletus

"Tertidur" Selama 22 Tahun, Ini Penyebab Gunung Ruang Meletus

Tren
Tidak Menghabiskan Antibiotik Resep Dokter Bisa Sebabkan Resistensi, Ini Efek Sampingnya

Tidak Menghabiskan Antibiotik Resep Dokter Bisa Sebabkan Resistensi, Ini Efek Sampingnya

Tren
Video Burung Hinggap di Sarang Semut Disebut untuk Membersihkan Diri, Benarkah?

Video Burung Hinggap di Sarang Semut Disebut untuk Membersihkan Diri, Benarkah?

Tren
Membandingkan Nilai Investasi Apple di Indonesia dan Vietnam

Membandingkan Nilai Investasi Apple di Indonesia dan Vietnam

Tren
Penyebab dan Cara Mengatasi Kulit Wajah Bertekstur atau “Chicken Skin”

Penyebab dan Cara Mengatasi Kulit Wajah Bertekstur atau “Chicken Skin”

Tren
Benarkah Pertalite Dicampur Minyak Kayu Putih Bisa Menaikkan Oktan?

Benarkah Pertalite Dicampur Minyak Kayu Putih Bisa Menaikkan Oktan?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke